Harga emas kembali mencetak rekor baru di awal Oktober 2025. Di pasar spot, logam mulia ini sempat menyentuh US$3.985 per ounce, pada Selasa, 7 Oktober 2025, pukul 20: 36 Wita, hanya terpaut sekitar 15 poin dari level psikologis US$4.000. Angka itu bukan sekadar simbol, tetapi batas emosional dan teknikal yang sudah lama ditunggu investor. Pertanyaannya kini, apakah harga emas benar-benar mampu menembus dan bertahan di atas US$4.000 sebelum tahun ini berakhir?

Kondisi pasar saat ini memperlihatkan kombinasi unik antara momentum kuat dan tekanan kehati-hatian. Menurut data dari TradingEconomics, harga emas mencatat all time high di sekitar US$3.977,45 pada awal Oktober. Sementara laporan dari Reuters mencatat pandangan optimistis dari sejumlah lembaga keuangan besar seperti HSBC yang menilai emas “bisa diperdagangkan di atas US$4.000 dalam waktu dekat”. Di sisi lain, analis teknikal dari SeekingAlpha memperingatkan bahwa zona tersebut merupakan resistance berat, dengan potensi koreksi sementara jika dorongan beli melemah.

Secara fundamental, arah harga emas masih sangat bergantung pada tiga faktor utama: kebijakan suku bunga AS, permintaan investasi institusional, dan dinamika geopolitik global. The Fed masih memberi sinyal penurunan suku bunga di penghujung tahun, sesuatu yang biasanya menjadi katalis penguatan harga emas karena menurunkan imbal hasil aset berbasis dolar. Dolar AS sendiri mulai melemah dalam beberapa pekan terakhir, menambah daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai.

Faktor kedua datang dari arus masuk ke ETF berbasis emas dan pembelian berkelanjutan oleh bank-bank sentral. Laporan World Gold Council menunjukkan peningkatan signifikan permintaan emas fisik sejak pertengahan tahun. Arus modal institusional ini memperkuat posisi emas di kisaran tinggi yang sekarang menjadi sorotan pasar global.

Namun, beberapa risiko tetap mengintai. Jika inflasi Amerika Serikat kembali menguat atau The Fed menunda pemotongan suku bunga, dorongan harga bisa tertahan. Pasar juga harus mengantisipasi potensi koreksi teknikal setelah kenaikan tajam sepanjang kuartal ketiga. Analis di TradingView menyebut zona US$3.980–4.000 sebagai “area jual sementara”, tempat banyak trader mengambil keuntungan sebelum arah berikutnya terbentuk.

Dari sisi proyeksi, peluang emas menembus US$4.000 tahun ini tergolong kuat. Dengan kondisi makro saat ini, probabilitas penembusan bisa mencapai 50 persen atau lebih, bergantung pada hasil rapat kebijakan moneter berikutnya. Jika momentum tetap utuh, harga emas berpotensi mencapai US$4.050–4.150 per ounce pada akhir 2025. Bahkan dalam skenario ekstrem, dengan penurunan suku bunga agresif dan ketegangan geopolitik meningkat, logam mulia ini bisa menanjak ke kisaran US$4.200–4.250. Sebaliknya, jika The Fed menahan suku bunga atau dolar menguat kembali, harga mungkin terkoreksi ke area US$3.800–3.950.

Bagi investor, level US$4.000 bukan sekadar angka teknikal, melainkan cerminan dari perubahan besar dalam persepsi pasar terhadap nilai lindung aset. Seperti dikatakan seorang analis komoditas dari HSBC, “Emas telah berpindah dari sekadar aset aman menjadi simbol ketidakpastian global yang terus meningkat.” Kalimat itu menjelaskan mengapa minat terhadap logam kuning tetap tinggi meski volatilitas pasar ikut naik.

Dengan segala dinamika yang ada, peluang emas menembus US$4.000 tampak lebih dekat dari sebelumnya. Tapi apakah ia akan bertahan di atasnya, itu akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter dan arus investasi dalam dua bulan mendatang. Untuk saat ini, pasar menahan napas di tepi batas psikologis, menunggu satu pendorong terakhir yang bisa membawa emas menembus sejarah baru. ***