PALU – Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Provinsi Sulawesi Tengah melakukan diskusi virtual dengan tema “Islam dan Nasionalisme Dalam Prespektif Sejarah”, Jumat, (28/8/2020).

Diskusi tersebut dihadiri oleh empat narasumber yaitu, Mokh Ulil Hidayat, S.Ag., M.Fil. I perwakilan majelis ulama Indonesia (MUI), Ahyar Efendi perwakilan Polda Sulteng, Musdalifah perwakilan Kesbangpol Sulteng, Dr. Rusdin, M.Fil.I Akademisi IAIN kota palu.

Mokh. Ulil Hidayat S. Ag., M.Fil.I, Perwakilan Majelis ulama Indonesia (MUI) Sulteng menjelaskan, melihat situasi yang tidak kondusif di negeri ini ada beberapa kelompok yang ingin menggeser ideologi Pancasila sehingga kami akan menjadi garda terdepan untuk mengawal ideologi Pancasila, ujarnya.

“Majelis ulama Indonesia (MUI) senantiasa berdiri tegak pada pelestarian eksistensi NKRI karena berangkat dari kesepakatan nasional.”

Ia juga mengatakan dalam hal ini MUI mengedepankan dua fungsi, pertama, khadimul ummah menjadi pelayan umat dan menjadi Shadiqul hukama (Mitra Pemerintah), tegasnya.

Perwakilan Polda Sulteng, Ahyar Efendi, mengatakan, paham khilafah yang menjadi problem di Indonesia khususnya masyarakat Sulawesi tengah ini juga salah satu tanggung jawab kami untuk mengawal ideologi Pancasila, ujarnya.

“Paham khilafah ini sudah lama ditolak untuk apalagi digunakan.”

Ia juga mengatakan Polda Sulteng sampai hari ini tetap mengawal ideologi Pancasila, kami juga menghimbau kepada masyarakat agar tidak terbawa oleh pemahaman khilafah, katanya.

Musdalifah, selaku perwakilan Kesbangpol Sulteng mengatakan, tugas bernegara berdasarkan pembukaan UUD 1945 sudah tertuang didalam tubuh UUD sebagai tujuan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan kedamaian.

Inilah yang menjadi dasar perlunya pemerintah meningkatkan kewaspadaan di daerah dan mecega meningkatnya konflik di tengah masyarakat, ucapnya.

Ia menambahkan, bangsa Indonesia bangsa yang plural terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras yang diakui kemajemukannya.

Nilai-nilai kebangsaan ini harusnya menjadi panduan dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk membangun jati diri bangsa dan kesadaran mengenai sistem kenegaraan, ujarnya.

“Oleh karena itu nilai kebangsaan itu perlu disosialisasikan secara terus menerus kepada semua generasi bangsa sehingga paham nasionalisme tertanam didalam diri masyarakat Indonesia dan menolak paham radikalisme”, tegasnya.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kota palu, Dr, Rusdin, M.Fil.I, mengatakan, persoalan khilafah sampai saat ini tidak pernah surut pembahasannya maka sudah menjadi tugas dan kewajiban kita untuk menjaga NKRI, katanya.

Tambahnya, sampai hari ini juga Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia masih di garda terdepan untuk menjaga NKRI.

“Semoga upaya melindungi NKRI tetap menjadi komitmen kita bersama”, tutupnya. [Yahya]