Di balik aktivitas pertambangan rakyat yang jadi denyut utama ekonomi lokal, hadir juga kisah solidaritas yang tumbuh di tengah masyarakat. Kamis, 27 Maret 2025, tiga koperasi pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR) di Buranga mengemas kepedulian mereka dalam bentuk paket sembako yang disalurkan kepada 171 warga kurang mampu.

Tak ada seremoni besar. Hanya bantuan yang disusun rapi. Beras, gula, mie instan, minyak goreng, dan telur. Di mata warga yang menerima, itu lebih dari cukup.

“Semua penerima adalah anak yatim piatu, janda jompo, dan lansia laki-laki yang kesulitan secara ekonomi,” ucap Sekretaris Koperasi Buranga Baru Indah, Uky Yadi.

Kalimat itu terdengar tenang, tapi membawa makna mendalam tentang siapa yang jadi prioritas dalam bantuan ini.

Ketiga koperasi itu, Koperasi Buranga Baru Indah, Koperasi Sina Jaya Mandiri dan Koperasi Sina Jaya Bersaudara membagikan total 171 paket. Ada 31 paket untuk anak yatim piatu, dan 140 lainnya untuk janda serta lansia. Angka mungkin terlihat sederhana di atas kertas, tapi tiap karung beras dan setiap bungkus mie yang dibawa pulang berarti harapan di meja makan menjelang Lebaran.

“Total keseluruhan bantuan yang disalurkan mencapai 1,7 ton beras, 86 dus Indomie, 171 kg gula, 171 liter minyak goreng, dan 171 rak telur,” jelas Ayu Daneda, bendahara koperasi.

Tak hanya isi paket yang diperhitungkan, tapi siapa yang menerima, dan bagaimana barang itu bisa benar-benar membantu.

Di luar sembako, ada juga donasi berupa mimbar masjid untuk Dusun V. Bantuan ini diserahkan langsung kepada panitia pembangunan, diterima oleh Andi Yusuf. Dalam tradisi masyarakat seperti Buranga, dukungan terhadap tempat ibadah bukan sekadar donasi, itu bagian dari penghormatan kepada nilai yang mengikat warga dalam kehidupan sehari-hari.

Bantuan ini datang di waktu yang sangat dekat dengan Idul Fitri. Saat banyak keluarga menahan napas menghadapi kebutuhan yang meningkat, hadirnya paket bantuan seperti ini menjadi pengingat bahwa kebaikan bisa lahir dari berbagai tempat, termasuk dari aktivitas tambang yang kerap menuai kontroversi.

Program sosial ini bukan yang terakhir. Ketiga koperasi menyampaikan komitmennya untuk terus hadir dalam berbagai bentuk bantuan, tidak hanya karena kewajiban, tapi karena mereka tahu, masyarakatlah yang jadi nafas dari setiap usaha tambang yang dijalankan. ***