Di sebuah hutan sunyi di perbatasan Palopo-Toraja, seekor ayam hutan tanpa disadari menjadi kunci terungkapnya misteri hilangnya Feni Ere. Feni, seorang sales mobil berusia 28 tahun asal Palopo, Sulawesi Selatan, menghilang sejak 27 Januari 2024.

Setahun kemudian, pada 10 Februari 2025, sisa-sisa tubuhnya ditemukan di Batu Dewa, Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo.

Penemuan ini bukan hasil penyelidikan polisi, melainkan temuan tak disengaja oleh sekelompok pemuda yang sedang melintas di kawasan hutan tersebut. Ayam hutan yang mereka ikuti menjadi petunjuk yang membawa mereka menemukan tengkorak manusia, yang akhirnya teridentifikasi sebagai Feni Ere.

Jalan Setapak Misterius dan Ayam Hutan yang Mengarah ke Tengkorak

Oki, salah satu pemuda yang menemukan tengkorak tersebut, menceritakan bahwa mereka awalnya hanya berniat menjelajahi area tersebut. Namun, ada sesuatu yang terasa janggal.

“Kami melihat ada jalan setapak dan tanda-tanda aneh di sekitar. Karena penasaran, kami turun. Kami juga heran kenapa ada jalan bertangga menuju ke bawah,” ujar Oki di akun TikTok @aquarius80.

Ketika mereka melanjutkan perjalanan, seekor ayam hutan terbang ke arah kiri. Mereka mengikuti ayam itu, berpikir mungkin ada sarang dengan telur. Namun, setelah diperiksa, tidak ditemukan apa pun.

Saat hendak kembali, mereka melihat sebuah saluran air.

“Tiba-tiba kami melihat sesuatu yang menyerupai tengkorak, tapi belum yakin apakah itu manusia atau bukan,” kata Oki. Untuk memastikan, ia memanggil temannya.

“Teman saya bilang sepertinya ini tengkorak manusia,” lanjutnya.

Merasa ketakutan, mereka segera meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan ke Toraja.

“Kami menemukannya hari Jumat, dan pada hari Minggu kami memutuskan kembali ke tempat itu bersama lima orang,” ungkap Oki.

Ayam Hutan Kembali Muncul, Petunjuk yang Tak Terduga

Ketika mereka kembali ke lokasi, ayam hutan yang sama kembali muncul, kali ini sedang memakan belatung di sekitar tengkorak.

“Ayam itu sedang memakan belatung di sekitar tengkorak. Akhirnya kami memastikan dengan melihat kerangka tulangnya,” tambah Oki.

Setelah memastikan bahwa itu benar-benar tengkorak manusia, mereka segera melaporkan temuan tersebut kepada seorang teman di Palopo dan menghubungi Babinsa setempat.

Oki juga mengungkapkan bahwa tengkorak tersebut ditemukan dengan mulut terlilit kain, menambah kejanggalan pada penemuan itu.

Pada 20 Februari 2025, setelah serangkaian pemeriksaan, identitas kerangka tersebut dipastikan sebagai Feni Ere. Kerangka kemudian diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.

Dugaan Kuat Pembunuhan, Keluarga Desak Keadilan

Kondisi kerangka yang ditemukan dengan mulut terikat kain menjadi indikasi kuat bahwa Feni Ere bukan sekadar korban kecelakaan, tetapi kemungkinan besar korban pembunuhan.

Sebelum menghilang, pada 25 Januari 2024, teman-temannya telah menemukan percikan darah di kamar Feni, tetapi ia sendiri tidak ditemukan di tempat tersebut.

Beberapa bulan setelah hilangnya Feni, mobil Honda Brio miliknya ditemukan di sebuah rumah kosong di Jalan Amurang, Antang, Makassar, pada Juli 2024, sekitar 340 km dari tempat ia terakhir terlihat. Mobil tersebut telah berada di lokasi itu selama dua bulan sebelum akhirnya dilaporkan oleh petugas keamanan perumahan kepada polisi.

Keluarga meyakini bahwa Feni adalah korban pembunuhan, dan mereka menyesalkan kurangnya koordinasi antara Polda Sulsel dan Polres Palopo dalam penyelidikan kasus ini.

Ayam Hutan, Kebetulan atau Tanda Semesta?

Bagi sebagian orang, kemunculan ayam hutan yang terus-menerus di sekitar lokasi penemuan tengkorak bukan sekadar kebetulan. Dalam beberapa kepercayaan tradisional, hewan sering dianggap sebagai perantara yang menunjukkan keberadaan sesuatu yang tersembunyi.

Namun, jika dilihat secara logis, kehadiran ayam hutan dan belatung menunjukkan bahwa mayat tersebut telah berada di lokasi itu selama waktu yang lama. Apakah tubuh Feni sudah ada di sana sejak lama, atau baru dibuang di sana beberapa bulan terakhir?

Fakta bahwa ayam hutan berulang kali muncul di lokasi yang sama, bahkan sedang memakan belatung di sekitar tengkorak, menjadi petunjuk yang tidak bisa diabaikan. Apakah ini bagian dari takdir, ataukah sekadar kebetulan yang akhirnya mengungkap kebenaran? (Rfi)