Misteri Kematian Feni Ere: Setahun Hilang dan Kesaksian Oki Penemu Kerangka dengan Mulut Terikat
Penemuan kerangka Feni Ere, seorang wanita berusia 28 tahun yang bekerja sebagai sales mobil di Palopo, Sulawesi Selatan, mengungkap misteri yang selama setahun menjadi teka-teki besar.
Feni hilang sejak 27 Januari 2024, dan pada 10 Februari 2025, sisa-sisa tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo.
Kasus ini bukan hanya soal kehilangan biasa, bukti-bukti yang ditemukan mengarah pada dugaan pembunuhan yang telah direncanakan dengan rapi.
Berikut fakta-fakta yang dirangkum Infopena dari berbagai sumber:
Petunjuk Awal: Percikan Darah dan Mobil yang Ditemukan Terpisah
Sebelum menghilang, Feni sempat menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Pada 25 Januari 2024, teman-temannya menemukan percikan darah di kamar Feni, namun keberadaannya saat itu sudah tidak diketahui.
Beberapa bulan setelah hilangnya Feni, pada Juli 2024, mobil Honda Brio miliknya ditemukan terparkir di sebuah rumah kosong di Jalan Amurang, Antang, Makassar, sekitar 340 km dari tempat ia terakhir terlihat. Mobil tersebut telah berada di lokasi itu selama dua bulan sebelum akhirnya dilaporkan oleh petugas keamanan perumahan kepada polisi.
Keluarga menyesalkan kurangnya koordinasi antara Polda Sulsel dan Polres Palopo dalam penanganan kasus ini. Jika penyelidikan lebih cepat dilakukan, mungkinkah nasib Feni bisa diketahui lebih awal?
Bukti yang Mengarah pada Pembunuhan
Pada 10 Februari 2025, sebuah tengkorak manusia ditemukan oleh sekelompok pemuda yang melintas di kawasan hutan dekat Jalan Poros Palopo – Toraja, tepatnya di Batu Dewa.
Oki, salah satu pemuda yang menemukan tengkorak tersebut, menceritakan, bahwa mereka tidak sengaja menemukannya saat menjelajahi area tersebut.
“Kami melihat ada jalan setapak dan tanda-tanda aneh di sekitar. Karena penasaran, kami turun. Kami juga heran kenapa ada jalan bertangga menuju ke bawah,” ujar Oki dalam unggahan akun TikTok @aquarius80.
Saat melanjutkan perjalanan, mereka melihat seekor ayam hutan terbang ke arah kiri. Mereka mengikuti arah ayam itu, mengira mungkin ada sarang dengan telur di sana. Namun, setelah diperiksa, tidak ditemukan telur.
Ketika hendak kembali, mereka melihat sebuah saluran air.
“Tiba-tiba kami melihat sesuatu yang menyerupai tengkorak, tapi belum yakin apakah itu manusia atau bukan,” kata Oki. Untuk memastikan, ia memanggil temannya.
“Teman saya bilang sepertinya ini tengkorak manusia,” lanjutnya.
Merasa ketakutan, mereka segera meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan ke Toraja.
“Kami menemukannya hari Jumat, dan pada hari Minggu kami memutuskan kembali ke tempat itu bersama lima orang,” ungkapnya.
Saat kembali ke lokasi, ayam hutan yang sebelumnya mereka lihat muncul lagi, kali ini sedang memakan belatung di sekitar tengkorak.
“Ayam itu sedang memakan belatung di sekitar tengkorak. Akhirnya kami memastikan dengan melihat kerangka tulangnya,” tambah Oki.
Setelah memastikan bahwa itu benar-benar tengkorak manusia, mereka segera melaporkan temuan tersebut kepada seorang teman di Palopo dan menghubungi Babinsa setempat.
Oki juga mengungkapkan, bahwa tengkorak itu terlilit kain tepat di bagian mulutnya, menambah kejanggalan pada penemuan tersebut.
Pada 20 Februari 2025, setelah serangkaian pemeriksaan, identitas kerangka tersebut dipastikan sebagai Feni Ere. Kerangka kemudian diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Tagar #JusticeForFeniEre Viral, Publik Desak Penegakan Hukum
Penemuan ini memicu keprihatinan luas di media sosial, dengan tagar #JusticeForFeniEre menjadi viral sebagai bentuk desakan kepada pihak berwenang untuk mengusut tuntas kasus ini.
Publik menyoroti beberapa kejanggalan:
- Mengapa kasus ini berjalan begitu lama tanpa perkembangan signifikan?
- Bagaimana bisa mobil Feni ditemukan lebih dulu, tetapi keberadaannya sendiri baru terungkap setahun kemudian?
- Apakah ada keterlibatan orang-orang dekat dalam kasus ini?
Keluarga meyakini bahwa Feni adalah korban pembunuhan, terutama setelah menemukan darah di kamarnya dan fakta bahwa jasadnya ditemukan dalam kondisi mulut terikat.
Kasat Reskrim Polres Palopo, AKP Syed Ahmad Aidid, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan sudah ada 10 saksi yang diperiksa. Namun, hingga saat ini belum ada tersangka yang ditetapkan.
Pembunuhan Berencana? Fakta yang Mesti Diungkap
Melihat pola kasus ini, ada beberapa indikasi bahwa Feni bukan sekadar korban kecelakaan atau kekerasan spontan, tetapi kemungkinan besar menjadi target pembunuhan yang direncanakan dengan matang.
- Percikan darah di kamar → Menunjukkan bahwa sesuatu telah terjadi sebelum Feni menghilang.
- Mobil yang ditemukan di tempat lain → Bisa jadi upaya untuk mengalihkan perhatian penyelidikan.
- Jasad yang baru ditemukan setahun kemudian → Apakah ada pihak yang sengaja menyembunyikannya selama ini?
- Mulut terikat dengan kain → Indikasi kuat bahwa korban mengalami tindakan kekerasan sebelum meninggal.
Kasus ini memiliki kemiripan dengan beberapa kasus hilangnya perempuan di Indonesia yang akhirnya berujung pada dugaan pembunuhan, seperti pembunuhan Vina Cirebon dan kasus Brigadir J yang melibatkan penghilangan bukti.
Harapan Keluarga: Keadilan untuk Feni
Meskipun keluarga telah menerima jasad Feni dan menggelar pemakaman pada 20 Februari 2025, mereka masih berjuang untuk mendapatkan keadilan. Mereka berharap pelaku segera ditangkap dan diadili.
“Kami hanya ingin tahu siapa yang tega melakukan ini kepada Feni. Dia tidak pantas mendapatkan akhir seperti ini,” ungkap salah satu anggota keluarga.
Banyak pihak yang kini mendesak kepolisian untuk bekerja lebih transparan dan progresif dalam mengusut kasus ini.
Bukan Sekadar Hilang, Ini Harus Diusut Tuntas
Kasus Feni Ere adalah alarm bagi kita semua, tentang betapa rentannya perempuan terhadap kekerasan hingga pembunuhan.
- Ini bukan sekadar kasus orang hilang, ini dugaan pembunuhan yang harus diusut hingga tuntas.
- Keluarga dan publik berhak mendapatkan jawaban, siapa yang bertanggung jawab atas kematian Feni?
- Tagar #JusticeForFeniEre harus lebih dari sekadar tren, tetapi dorongan nyata bagi kepolisian untuk menegakkan keadilan.
Kasus ini masih dalam penyelidikan, tetapi satu hal yang pasti, keadilan tidak boleh ditunda lagi. (Rfi)