BELAKANGAN ini sedang ramai bahasan yang menyebutkan bahwa harga rokok akan dinaikkan hingga menjadi sangat mahal. Dengan harga rokok yang sangat tinggi, diharapkan semakin banyak orang yang menurunkan frekuensi merokok atau bahkan memutuskan untuk benar-benar berhenti merokok.

Banyak warganet yang mendukung rencana kenaikan harga rokok ini. Jika sampai hal ini benar-benar diberlakukan, maka diharapkan jumlah perokok di Indonesia bisa ditekan.

Sebagai informasi, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan bahwa pada tahun 2017 lalu, jumlah perokok di Indonesia mencapai 29,3 persen dari total populasi. Yang lebih mengejutkan adalah, dua dari tiga pria di Indonesia ternyata merokok.

Sekitar 60 persen dari total para perokok sudah merokok sejak usianya 9 hingga 16 tahun. Hal ini berarti, kebiasaan merokok di Indonesia sudah dimulai sejak usia yang sangat dini.

Supriyatiningsih dari Muhammadiyah Tobacco Control Center dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyebutkan bahwa 40 persen dari total perokok di Indonesia adalah orang miskin. Meskipun penghasilannya terbatas, mereka bisa menghabiskan 60 persen penghasilannya hanya demi membeli rokok.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari merasa yakin kalau langkah tersebut sudah cukup tepat.

“Base research berbagai negara, salah satu cara menurunkan prevalansi perokok pemula adalah dengan menaikkan harga. Karena kalau dinaikkan, anak-anak kita tidak akan bisa menjangkaunya, sehingga mereka sulit untuk membeli rokok,” ujar Lisda, dikutip Detikcom.

Source: News.Rakyatku