Pemerintah Desa Toaya, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, menunjukkan capaian positif dalam upaya menekan angka putus sekolah.

Data terkini mencatat, tingkat putus sekolah di desa ini berada di bawah 10 persen, angka yang dianggap cukup rendah untuk wilayah pedesaan.

Kepala Desa Toaya, Ompo Wijaya, mengatakan, keberhasilan ini lahir dari strategi yang konsisten dan melibatkan banyak pihak. Ia menyebut komunikasi intensif dengan keluarga maupun anak-anak yang berhenti sekolah menjadi kunci utama.

“Kami selalu melakukan pendekatan komunikasi intensif dengan keluarga dan anak-anak yang sempat berhenti sekolah. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pentingnya pendidikan, tetapi juga memahami kendala yang mereka hadapi,” ujarnya, Selasa (1/10/2025).

Menurutnya, faktor ekonomi dan jarak sekolah yang jauh masih menjadi tantangan. Untuk mengatasinya, pemerintah desa bekerja sama dengan lembaga pendidikan swasta menyediakan alternatif belajar lebih fleksibel, seperti bimbingan belajar, kelas tambahan, hingga sistem pembelajaran paruh waktu bagi anak-anak yang juga harus membantu keluarga.

Upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga melibatkan guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan pihak swasta. Semua bergerak bersama untuk memastikan anak-anak tetap berada di bangku sekolah.

Selain dukungan pendidikan, Desa Toaya juga menerapkan program motivasi dan penghargaan bagi siswa yang rajin bersekolah. Program ini terbukti menumbuhkan semangat belajar sekaligus meningkatkan kesadaran orang tua mengenai arti pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka.

Ompo Wijaya menegaskan, menjaga keberlanjutan pendidikan generasi muda adalah bagian dari investasi jangka panjang desa.

“Setiap anak yang terus menempuh pendidikan adalah harapan masa depan Desa Toaya,” tutupnya.***