Kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid dan Wakil Gubernur Reny A. Lamadjido ke Kabupaten Buol bukan sekadar lawatan kerja biasa. Di tengah semarak sambutan masyarakat, keduanya menorehkan sejarah sebagai gubernur dan wakil gubernur pertama yang hadir langsung dalam agenda Rembuk Budaya Bokid Hadat, forum budaya pertama di Sulawesi Tengah yang mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal.

Gubernur tiba di Bandara Pogogul, Selasa siang, 27 Mei 2025, dan langsung disambut meriah oleh masyarakat serta para pelajar yang berbaris di sepanjang jalan. Antusiasme tersebut mencerminkan harapan besar terhadap pembangunan yang berpihak pada budaya dan identitas lokal.

Kegiatan Rembuk Budaya digelar dua hari, 28–29 Mei 2025, di Anjungan Leok, Aula Kantor Bupati Buol. Di sinilah, untuk pertama kalinya, berbagai tokoh adat, seniman, dan pemerintah daerah duduk satu meja membahas masa depan kebudayaan Buol. Empat rekomendasi utama dirumuskan, mulai dari penguatan kelembagaan adat hingga pelestarian bahasa daerah.

Salah satu fokus utama adalah pembentukan Peradilan Adat Buol, sebuah gagasan yang dinilai relevan di tengah kebutuhan masyarakat akan pendekatan penyelesaian konflik berbasis nilai lokal. Sementara itu, Dewan Kesenian Buol juga diusulkan sebagai motor pelestarian seni, dan bahasa daerah akan mulai diintegrasikan dalam kurikulum muatan lokal di tingkat dasar dan menengah.

Usai salat berjamaah di Masjid Agung Buol, Gubernur dan Wakil Gubernur melanjutkan agenda ke Istana Raja Buol. Di sanalah momen simbolik terjadi. Gubernur Anwar Hafid dianugerahi gelar Tau Doka oleh Raja Buol, Moh. Syafri Turungku, yang ditandai dengan pemakaian songgo taud, penutup kepala kehormatan. Wakil Gubernur Reny Lamadjido juga menerima gelar serupa yang disimbolkan dengan sarung khas Buol, disematkan langsung oleh permaisuri Raja, Lismeta Abd Habid.

“Ini merupakan suatu kehormatan tertinggi bagi masyarakat Buol menerima kunjungan kerja dari Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah,” ujar Raja Buol dalam sambutannya. Ia menambahkan, “Penyematan gelar menunjukkan, akan pentingnya menjaga nilai adat istiadat di daerah kita.”

Lebih dari sekadar seremoni, Raja Buol berharap momentum ini bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda.

“Kami juga berharap momen ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai adat istiadat yang kita warisi di sini,” katanya.

Langkah Anwar Hafid dan Reny Lamadjido dalam mendukung penguatan budaya lokal ini menegaskan bahwa pembangunan tak hanya soal infrastruktur dan ekonomi, tapi juga tentang menghargai jati diri dan warisan leluhur.***