Prabowo Subianto dan Refleksi Pentingnya Menulis Tangan
Di tengah dominasi layar sentuh dan perangkat digital, sebuah momen sederhana namun bermakna muncul di hadapan kita.
Sebuah foto memperlihatkan Presiden Prabowo Subianto sedang khusyuk mencatat di buku tulis, mendengarkan wejangan dari tokoh lingkungan dan ekonom terkemuka, Prof. Emil Salim.
Goresan tangannya di atas kertas seolah mengingatkan kita bahwa di balik kecanggihan teknologi, ada kebijaksanaan dalam aktivitas sederhana. Menulis tangan.
Momen langka ini mengingatkan kebiasaan yang mungkin sudah mulai memudar di tengah gempuran gadget. Apakah ini sekadar kebiasaan pribadi atau justru pesan yang ingin disampaikan Prabowo kepada kita tentang pentingnya aktivitas menulis tangan.
Apa pun itu, momen ini menjadi pintu masuk yang tepat membahas manfaat menulis dengan tangan yang sering kali dilupakan. Berikut manfaat menulis tangan dirangkum dari berbagai sumber.
Aktivitas Kuno yang Mengakar dalam Pembelajaran
Menulis tangan bukan hanya soal mengguratkan tinta di atas kertas. Aktivitas ini melibatkan keterlibatan sensorimotor yang kompleks, di mana otak bekerja lebih aktif dibandingkan saat mengetik di perangkat digital.
Menurut berbagai penelitian, menulis tangan mampu memperkuat daya ingat, meningkatkan pemahaman, dan bahkan mengasah kreativitas.
Mengapa menulis tangan penting? Sebuah studi dari Universitas Princeton dan UCLA menemukan bahwa mahasiswa yang mencatat dengan tangan lebih mudah memahami dan mengingat materi kuliah dibandingkan mereka yang mengetik.
Ini karena ketika menulis tangan, otak harus menyaring informasi, merangkumnya dalam bahasa yang mudah dipahami, dan membangun koneksi kognitif yang lebih dalam.
Proses Sensorimotor yang Kompleks
Saat menulis dengan tangan, otak bekerja secara simultan mengintegrasikan gerakan tangan, penglihatan, dan pemahaman bahasa. Aktivitas ini mengaktifkan area korteks motorik dan hippocampus, bagian otak yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan memori.
Dr. Karin James, peneliti saraf kognitif, menyatakan, bahwa menulis tangan memberikan rangsangan yang tidak diaktifkan oleh mengetik.
Proses ini memperkuat koneksi saraf, menciptakan “jejak” memori yang lebih dalam. Ketika mengetik, kita hanya menekan tombol tanpa terlalu memikirkan struktur huruf atau bentuk kata, sehingga informasi lebih mudah terlupakan. Sebaliknya, menulis tangan memaksa kita memvisualisasikan huruf demi huruf, menginternalisasi makna di balik kata-kata tersebut.
Mengolah Informasi dengan Lebih Baik
Keunggulan lain dari menulis tangan adalah kemampuan otak untuk menyaring dan memprioritaskan informasi penting.
Seorang mahasiswa bernama Dini, mengakui, bahwa ia lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran ketika mencatat dengan tangan.
“Ketika menulis tangan, saya tidak bisa menyalin semua informasi secara mentah. Saya harus merangkum dan menuliskannya dengan bahasa saya sendiri, itu membuat saya lebih paham,” ujarnya.
Penelitian dari Psychological Science mendukung pernyataan ini. Mereka yang mencatat tangan tidak hanya mengingat lebih banyak informasi tetapi juga mampu memahami konsep lebih mendalam dibandingkan mereka yang mengetik catatan.
Tantangan di Era Digital
Namun, menulis tangan menghadapi tantangan besar di zaman ini. Sebagian besar pelajar dan profesional beralih ke laptop atau tablet karena kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan. Sesi pertemuan di kantor, kuliah online, hingga seminar lebih banyak bergantung pada catatan digital yang mudah diakses dan dibagikan.
Meski demikian, para ahli menilai, bahwa terlalu mengandalkan perangkat digital bisa berdampak negatif terhadap proses pembelajaran.
Dr. Virginia Berninger dari Universitas Washington menekankan bahwa anak-anak yang sering mengetik berisiko kehilangan kemampuan menulis yang esensial bagi perkembangan kognitif dan kreativitas mereka.
“Menulis tangan bukan hanya soal fisik, tetapi bagaimana otak membangun jalur memori yang berkelanjutan. Jika terlalu banyak bergantung pada mengetik, kita bisa kehilangan manfaat tersebut,” ujarnya mengutip Washington.edu.
Menyatukan Tradisi dan Teknologi
Meskipun menulis tangan menghadapi ancaman dari teknologi, bukan berarti kita harus meninggalkan salah satu di antaranya. Justru, keduanya bisa saling melengkapi. Beberapa platform digital kini menyediakan fitur menulis tangan melalui stylus, seperti Apple Pencil atau Samsung S Pen. Fitur ini memungkinkan pengguna merasakan kembali sensasi menulis di atas kertas, meski dilakukan di perangkat digital.
Siswa bisa memanfaatkan cara ini untuk mencatat pelajaran secara manual, lalu mengolahnya di perangkat digital untuk mempermudah pengarsipan atau presentasi.
Menjaga Warisan Kognitif Melalui Menulis Tangan
Menulis tangan adalah tradisi yang telah terbukti selama berabad-abad mampu meningkatkan kemampuan intelektual manusia. Di balik setiap huruf yang kita goreskan, ada aktivitas saraf yang memperkaya daya ingat, pemahaman, dan kreativitas kita.
Ketika kita melihat Presiden Prabowo mencatat dengan tangan di tengah diskusi serius, mungkin itu adalah pesan simbolis yang ingin disampaikan. Bahwa di tengah arus modernisasi, kita tidak boleh lupa pada kebiasaan sederhana yang membangun pondasi pemikiran.
Dalam dunia yang serba cepat ini, meluangkan waktu untuk menulis tangan bisa menjadi bentuk refleksi, membangun ketenangan sekaligus memperkuat ingatan kita.
Editor: Rifai