Sewu Dino (1000 hari) merupakan sebuah kisah penyantetan terhadap keluarga bapak Atmojo dan Kuncoro yang terjadi di pulau jawa. Tepatnya di Jawa Timur.

Kisah Sewu Dino (1000 hari) ini tak kalah seram dari kisah KKN di Desa Penari yang tengah viral saat ini.

Awalnya, pada 2021 lalu, ada seorang gadis di pedesaan bernama Sri. Dia yang ingin merantau ke kota untuk bekerja.

Setibanya di Kota, Sri menjadi seorang Asisten Rumah Tangga (ART). Hal itu dikarenakan keterbatasan keahlian yang dimilikinya dan hanya tamatan SD.

Sebenarnya ayah Sri tidak ingin anaknya bekerja di kota, lagi-lagi karena masalah ekonomi akhirnya sang ayah memberi izin.

Singkat cerita, Sebelum Sri diterima bekerja di rumah calon majikannya, Sri mengikuti proses seleksi. Adapun tahapan seleksi tersebut yakni sebuah pertanyaan yang Sri menganggapnya agak aneh.

Biar tidak penasaran, berikut kisah lengkap Sewu Dino karya Simpelman yang disadur dari thread Twitter aslinya @SimpleMan!

Tahun 2001. “Yakin, awakmu budal gok ibu kota, kok gak nggolek gok kene ae, idekkan, bekne onok sing butuh” (kamu yakin mau pergi ke ibu kota, kenapa gak nyari sekitaran sini, yg deket aja dulu, kali aja tenaga kamu di butuhkan).

Sri terdiam, butuh waktu untuk mencerna kalimat bapak. “Kerjo opo pak nang kene, wong Sri ae mek lulusan SD” (kerja apaan pak disini, lha saya itu cuma lulusan SD) kata Sri sembari menghela nafas.

“Trus nek awakmu budal, bapak yo’opo to, sopo sing ngerawat ndok” (kalau kamu berangkat, nasib bapak gimana, siapa yg nanti merawat nak).

“Nggih pak, Sri ngerti, tapi nek Sri gak budal, yo opo, ben Sri isok ngekek’i bapak duit” (iya pak, Sri paham, tapi kalau Sri tidak cari kerja, bagaimana saya ngasih duit).

Sore itu, matahari mulai terbenam, sebelum, seseorang, mengetuk pintu gubuk rumah Sri.

Rupannya, itu adalah bu Menik, tetangga yg paling mampu di kampung itu, ia menyampaikan kedatangannya, mengabarkan bahwa, ada seorang penelpon dari Griya Zainah, salah satu agen penyalur pembantu, yg tempo hari, di titip’i oleh Sri bila ada yg membutuhkan tenagannya.

Sri pun bergegas, di kampung itu, memang hanya bu Menik yg punya pesawat telpone, karena itu, banyak warga yg selalu minta tolong kepada beliau. Termasuk untuk urusan ini.

Sri menjawab telpon, menyampaikan kesiapannya, ia di minta datang esok hari, ke rumah si penyalur.

Untuk sementara, Sri menunda keberangkatannya. Ia berharap, bila memang rejekinya tidak jauh dari tempatnya tinggal, ia akan menyanggupinnya, mengingat, bapak sudah tua, dan mungkin ia tidak mau jauh dari anak semata wayangnya, yg hanya lulusan SD, seperti kebanyakan-anak perempuan di kampung itu.

Baginya yg sekarang Sri pikirkan adalah, ia harus mencari uang, untuk menopang kebutuhan yg kian hari semakin melejit, untuk makan sehari-hari saja sudah susah, untuk itu, Sri nekat melamar untuk menjadi pembantu di rumah orang yg mampu.

Langit masih gelap, namun Sri begitu antusias, meski ia janjian akan datang pukul 8, Sri sudah bergegas keluar rumah, saat fajar pertama sudah menyingsing tinggi.

Ia harus naik angkutan kota, kampungnya ada di pinggiran, butuh waktu 1 setengah jam untuk sampai ke kota.

Tibalah Sri, di depan rumah besar itu, meski dalam bentuk rumah, namun, si pemilk sudah sangat terkenal sebagai agen penyalur tenaga kerja untuk orang yg mencari jasa PRT, Sri baru tiba, dan dilihatnya, sudah banyak sekali orang menunggu, tampaknya, Sri bukan satu2nya yg datang.

Butuh waktu lama, untuk akhirnya nama Sri yg di panggil, ia masuk ke sebuah ruangan kecil, melihat si pemilik agen penyalur, lalu, ia menjelaskan bahwa kemungkinan ia butuh jasa PRT untuk satu keluarga, namun, ia masih harus diseleksi, dan siang ini, si keluarga, akan datang.

Namun, sebelum keluarga itu datang, si pemilik jasa, bertanya pertanyaan yg membuat Sri sedikit curiga, lebih tepatnya, pertanyaannya, mengundang banyak sekali pertanyaan, salah satunnya.

“Sri, bener, awakmu lahir pas dino Jum’at Kliwon” (Sri, ini benar, kamu lahir jumat kliwon).