PALU – Satgas Pangan yang dipimpin langsung oleh Kombes Pol. Ilham Saparona selaku Direktur Reskrimsus Polda Sulteng berhasil membongkar dugaan penimbunan minyak goreng yang selama ini dikeluhkan masyarakat karena mulai langka.

Bersama Kadis Perindag Kota Palu, ada dua lokasi di Palu yang saat ini disegel dengan garis Polisi oleh Satgas Pangan karena ditemukan puluhan ribu liter minyak goreng sawit bertuliskan viola, Rabu (2/3/22) kemarin.

Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol. Didik Supranoto mengungkapkan dua lokasi di Kota Palu yang telah disegel dengan garis Polisi itu karena diduga menimbun minyak goreng dalam situasi masyarakat mengalami kelangkaan minyak goreng.

“Satgas Pangan Daerah Sulteng dipimpin Direktur Reskrimsus Polda Sulteng, Kombes Pol. Ilham Saparona, kemarin hari rabu telah menemukan dua gudang yang menyimpan minyak goreng merek Viola sebanyak 4.209 dos atau 53.869 liter,” ungkap Kabid Humas.

Kabid Humas menjelaskan bahwa dua lokasi tersebut yakni di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tavanjuka, Kecamatan Tatanga, Kota Palu tepatnya di gudang penyimpanan CV. AJ dan gudang atau ruko di Jalan Tavanjuka, komplek Ruko Bundaran Palupi Permai, Kota Palu yang juga dikontrak CV. AJ.

“Dari Gudang CV. AJ Satgas menemukan dugaan penimbunan minyak goreng merek viola sebanyak 1.748 dos atau 21.355 liter, sedangkan di Jalan Tavanjuka komplek ruko Bundaran Palupi Permai, Kota Palu ditemukan minyak goreng merek viola sebanyak 2.461 dos atau 32.514 liter,” terang mantan Wadirreskrimum Polda Sulteng itu.

Diketahui bahwa stok minyak goreng merek Viola itu disimpan sejak bulan Oktober 2021 oleh pemiliknya.

“Selanjutnya Satgas Pangan akan melakukan proses penyelidikan terkait temuan dugaan adanya penimbunan bahan pokok berupa minyak goreng merk Vioala,” ucapnya.

“Dalam perkara ini patut diduga terjadi pelanggaran pasal 133 jo pasal 53 UU RI No.18 tahun 2012 tentang Pangan sebagaimana diubah dalam pasal 1 angka 15 UU RI No.11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan/atau Pasal 107 jo pasal 29 ayat (1) UU RI No. 07 tahun 2014 tentang perdagangan jo Perpres No. 71 Tahun 2015 tentang penetapan dan penyimpanan barang kebutuhan pokok dan barang penting yang dapat diancam dengan pidana penjara 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50 Milyar,” pungkasnya.