JAKARTA — Kontestasi politik memang sulit ditebak oleh publik. Terlebih, dominasi partai politik semakin banyak memunculkan sederet nama dan wajah baru dari kalangan milenial.
Meski banyak wajah baru dari deretan milenial yang dipercaya mampu mengemban amanah rakyat pada beberapa tahun ke depan, tentu dalam meraih keberhasilan di kancah perpolitikan negara ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Namun, salah satu sosok milenial yang sebelumnya digadang-gadang bakal sukses menakhodai Partai Demokrat yang sudah lebih dari sedekade ini, tak sedikit menuai pro dan kontra.
Baca Juga: Jalan Terjal FPI, Patah Tumbuh Hilang Berganti
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memang masih seumur jagung pasca dirinya terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat. Kendati demikian, terpilihnya AHY menjadi Ketum Partai Demokrat ini diklaim menjadi dinasti di partai berlambang mercy tersebut.
AHY pun yang beberapa waktu lalu sempat mengisi kancah perpolitikan pada Pilkada DKI Jakarta 2017, diprediksi bakal kembali terjun menjadi petarung di Pilpres 2024. Namun, pengamat politik, Triyono Lukmantoro menyatakan, AHY tak laku jika dijual lantaran ketidakmampuannya ikut serta di Pilpres 2024.
“AHY jadi calon gubernur lawan Ahok sama Anies Baswedan saja langsung kalah, begitu di babak pertama langsung habis,” ujar Triyono dilansir GenPi.co, Sabtu (2/1).
Baca Juga: Ditangkap, Pelaku Parodi Lagu Indonesia Raya Masih Pelajar
Triyono menegaskan, jika AHY harus lebih menambah jam terbang di karier politiknya. Bahkan Triyono memberi contoh Gibran Rakabuming Raka yang meniti karier politik dengan menjadi Wali Kota Solo terlebih dahulu.
“Dia memang butuh jam terbang, apa yang dilakukan Pak Jokowi misalnya mengkaderkan Gibran ya itu sudah tepat kalau mau punya karier politik ya harus dimulai dari bawah. Dari Wali kota, Gubernur,” ujar Triyono.
Triyono menuturkan, AHY sama halnya dengan Gibran yang bisa sukses dalam berpolitik dengan memanfaatkan nama ayahnya. Jika nama Jokowi menempel pada sosok Gibran, maka tak berbeda jauh dengan nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menempel pada sosok AHY.
“Sekarang kalau anaknya Pak SBY itu kan semuanya karbitan. AHY jadi Ketum Partai Demokrat kan karena dia jadi pangerannya di kerajaan Partai Demokrat. Bukan karena karier politiknya yang cukup baik,” imbuh Triyono.
“Jadi ngapain mengusung AHY? Nggak ada tuh prestasi secara politiknya. Partai Demokrat juga dari waktu ke waktu suaranya makin menurun,” ketusnya.
Pernyataan Triyono tersebut dibantah oleh hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Meski AHY dlaam survei tersebut posisinya masih berada di bawah Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, namun elektabilitas AHY tak berbeda jauh dengan Tri Rismaharini yang belum lama ini didapuk menjadi Menteri Sosial (Mensos) menggeser posisi Julian Batubara yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sepekan terakhir.
Baca Juga: Cara Cek Calon Penerima Vaksin COVID-19, Login pedulilindungi.id/cek-nik
SMRC pun buka-bukan terkait pertarungan Pilpres 2024 yang nanti banyak muncul wajah dan gaya komunikasi politik yang baru. SMRC menyebut, jika peluang AHY di Pilpres 2024 cukup terbuka, meski beberapa nama yang disebutkan tadi juga memiliki peluang besar. Mengukur dari hasil survei SMRC, AHY disarankan agar menggandeng tokoh yang pernah gemilang pada pemerintahan Jokowi-JK pada era 2014-2019.
AHY diklaim lebih cocok diduetkan dengan Susi Pudjiastuti, perempuan tangguh yang juga lahir dari kalangan profesional dan berhasil menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) pada masa jabatan 2014-2019.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, memang berat jika AHY harus berpasangan dengan Susi. Menurut Adi, Susi hanya populer di media sosial, namun di level bawah atau grass root belum cukup dikenal.
Adi membeberkan, Partai Demokrat butuh kerja ekstra jika memang benar AHY bakal dipasangkan dengan Susi pada Pilpres 2024. Berdasarkan penilaiannya, AHY justru lebih ideal diduetkan dengan Ridwan Kamil.
“Peluang dengan RK malah lebih terbuka lebar,” ujar Adi dilansir SINDOnews, Minggu (3/1).
Baca Juga: Kasus Video Syur Gisel Disorot Media Asing
Ditambahkannya, Susi juga dinilai tak terdeteksi sebagai figur publik yang difavoritkan pada Pilpres 2024. Pasalnya, Susi yang lebih populer di kalangan profesional ini sama sekali tak memiliki dukungan partai politik, sehingga hal tersebut dirasa sulit jika ingin bertanding dengan bakal calon presiden lain di Pilpres 2024.
Kendati masuk 10 besar dalam survei SMRC, elektabilitas Susi hanya mencapai 0,7%, dan masih di bawah Ketua DPR Puan Maharani dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
“Idealnya AHY cari pendamping yang punya popularitas dan elektabilitas bagus serta punya sokongan partai,” tandas Adi.
Komentar