Program “Berani Sehat” yang digagas Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tidak hanya menjadi simbol keberpihakan terhadap hak dasar masyarakat, tapi juga membuka akses layanan kesehatan bagi warga yang sebelumnya terhambat oleh tunggakan iuran.

Bersinergi dengan BPJS Kesehatan, program ini memastikan layanan kesehatan tetap bisa diakses hanya dengan menunjukkan KTP.

Menurut Kepala BPJS Kesehatan Cabang Palu, HS Rumondang Pakpahan, masyarakat Sulawesi Tengah yang menunggak iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan, baik di tingkat pertama seperti puskesmas, maupun di rumah sakit. Ia menyebut bahwa tunggakan iuran tidak menjadi penghalang dalam skema program ini.

“Melalui sinergi dengan program Berani Sehat, masyarakat Sulawesi Tengah yang sebelumnya menunggak iuran JKN tetap bisa dilayani. Tunggakan tidak serta-merta menghalangi peserta untuk memperoleh layanan kesehatan. Ini bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap masyarakat yang membutuhkan,” jelas Rumondang.

Jika ada peserta yang ingin melunasi tunggakan secara bertahap, BPJS menyediakan Program Rencana Pembayaran Bertahap (REHAB) sebagai salah satu opsi.

Program ini juga memberikan kemudahan dalam proses administrasi. Masyarakat cukup menunjukkan KTP di loket layanan, dan petugas akan mengecek status kepesertaan berdasarkan NIK. Jika belum aktif atau belum terdaftar, maka pihak fasilitas kesehatan akan mengusulkan aktivasi melalui aplikasi SEHATI. Data yang masuk akan diverifikasi oleh dinas sosial sebelum BPJS mengaktifkan peserta ke dalam skema “Berani Sehat”.

“Ini adalah bentuk pelayanan yang inklusif. Kami pastikan tidak ada masyarakat yang ditolak hanya karena belum mengetahui statusnya atau belum melakukan aktivasi. Cukup datang dengan KTP, nanti akan dibantu prosedurnya,” ungkap Rumondang.

Ia juga menegaskan bahwa dalam situasi gawat darurat, masyarakat bisa langsung datang ke IGD tanpa harus menunggu proses administrasi.

“Kami terbuka untuk memberikan edukasi dan panduan. Jangan sampai ada peserta yang takut datang berobat karena memiliki tunggakan,” pungkasnya.***