Haul Guru Tua di Touna, Gubernur Anwar Hafid Serukan Kebangkitan Madrasah
Ribuan masyarakat tumpah ruah di Masjid Ismaratul Ukhuwwah, Tojo Una-Una, Sabtu (19/4/2025). Bukan sekadar Halal Bi Halal, hari itu menjadi momen sakral bagi umat Alkhairaat dengan digelarnya Haul Guru Tua, bersamaan dengan kehadiran tokoh-tokoh penting daerah.
Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid, yang turut hadir bersama Ketua TP-PKK Sry Nirwanti Bahasoan, menyambut perhelatan ini dengan penuh antusias. Di depan Habib Sayyid Alwi bin Saggaf Aljufri dan tokoh-tokoh Touna, Anwar menyebut kegiatan ini sebagai haul terbesar di luar Morowali, yang bisa menjadi poros baru spiritual dan budaya di wilayah timur Sulawesi Tengah.
“Saya sangat bangga. Ini haul terbesar di luar Morowali. Saya yakin, kalau ini terus dijaga dan didukung pemerintah, haul di Touna akan menjadi magnet spiritual dan budaya yang besar di masa depan,” ucapnya.
Anwar tak hanya hadir sebagai gubernur, tapi juga sebagai Ketua Komda Alkhairaat Morowali. Ia mengenang jejak Guru Tua yang datang ke Morowali pada 1968, membawa perubahan besar bagi daerah yang dulunya tertinggal. Bungku yang dulu disebut pelosok, kini menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi. Dan bagi Anwar, itu bukan kebetulan—itu keberkahan.
Ia lalu mengajak masyarakat kembali meneladani kasih sayang dan inklusivitas Guru Tua. Bahkan, Guru Tua disebut pernah mengizinkan pendeta Kristen mengajar di madrasahnya sebagai bentuk penghargaan terhadap ilmu dan kemanusiaan. “Guru Tua tidak melihat agamamu apa. Dia hanya ingin semua umat tercerahkan dan cerdas. Ini yang harus kita teladani,” ujar Anwar, dengan suara yang tak bisa menyembunyikan getaran emosinya.
Namun, seruan Anwar bukan hanya nostalgia. Ia melontarkan kritik terbuka terhadap kondisi madrasah-madrasah Alkhairaat yang kini banyak mati suri. Padahal, dulu Guru Tua mampu membangun ratusan madrasah tanpa satu rupiah pun dari APBD. “Lalu kenapa sekarang, di masa ada gubernur, ada bupati Alkhairaat, malah madrasah mati?” tanyanya, memancing renungan mendalam dari hadirin.
Untuk menjawab tantangan itu, ia memaparkan program BERANI Cerdas—sebuah inisiatif yang tak sekadar slogan. Program ini menjanjikan beasiswa penuh untuk mahasiswa Sulteng dari keluarga kurang mampu, tanpa batasan jurusan maupun kampus.
“Tadi pagi saya terima laporan, sudah ada 23 ribu mahasiswa mendaftar. Ini beasiswa penuh, jurusan apa saja, di mana saja, asal dia warga Sulawesi Tengah,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, Anwar menghapus pungutan sekolah di jenjang SMA dan SMK negeri. Bahkan, sekolah swasta pun mendapat dukungan dana BOS daerah. Ia pun memberikan sinyal keras kepada kepala sekolah yang masih memungut biaya secara ilegal: “Kasih tahu saya. Saya ganti dia.”
Langkah konkret lain yang disampaikan adalah jaminan layanan BPJS Kesehatan untuk seluruh warga Sulteng pemegang KTP. Gubernur mengapresiasi Touna yang sudah menanggung 80 persen warganya sebagai peserta aktif BPJS.
“Kemo terapi sekarang sudah ditanggung BPJS. Tidak ada lagi yang ditolak karena kartu mati atau tunggakan. Kita mudahkan semua,” ucapnya.
Bagi Anwar, semua kebijakan ini bukan sekadar program pemerintahan. Ia menyebutnya sebagai bagian dari warisan nilai Guru Tua—iman, ilmu, dan kasih kepada sesama. “Kalau kita semua beriman dan bertakwa, Allah pasti turunkan keberkahan. Tidak ada yang susah,” pungkasnya, menutup dengan pesan spiritual yang mengendap di hati para hadirin.
Haul Guru Tua tahun ini tak hanya menjadi peringatan, tetapi juga menjadi penanda: bahwa warisan keilmuan, keikhlasan, dan kasih Guru Tua masih menjadi pelita Sulawesi Tengah yang ingin beranjak menjadi provinsi penuh keberkahan.***