Langkah mengejutkan datang dari bursa kripto eXch yang mengumumkan penutupan operasinya per 1 Mei 2025. Pengumuman ini muncul di tengah tekanan global yang kian menguat setelah tuduhan bahwa platform tersebut digunakan oleh kelompok peretas asal Korea Utara, Lazarus Group, untuk mencuci dana hasil eksploitasi senilai miliaran dolar.

Dalam pernyataan resminya yang dirilis pada 17 April, seperti dilansir Cointelegraph, eXch mengaku memilih strategi “berhenti dan mundur” sebagai respons atas tekanan yang mereka sebut sebagai “operasi transatlantik aktif” yang bertujuan membubarkan keberadaan mereka secara permanen. Tuduhan yang dimaksud mengaitkan eXch dengan transaksi senilai sekitar $35 juta dari dana yang diyakini sebagai bagian dari pencurian $1,4 miliar di bursa Bybit pada Februari lalu.

“Meski kami mampu bertahan dari berbagai upaya untuk mematikan infrastruktur kami, kami tidak melihat gunanya tetap beroperasi di lingkungan yang bermusuhan seperti ini,” tulis pernyataan itu, mengklaim bahwa mereka telah menjadi sasaran intelijen sinyal (SIGINT) karena salah tafsir terhadap misi perusahaan.

Pihak eXch sempat membantah tuduhan awal bahwa mereka menjadi saluran pencucian dana untuk Lazarus Group. Namun, mereka kemudian mengakui bahwa ada “sebagian kecil dana” dari peretasan Bybit yang memang diproses oleh platform tersebut. Meski demikian, mereka menegaskan bahwa fokus utama mereka sejak awal adalah menjaga privasi pengguna.

Penutupan ini turut membuka perdebatan soal batas tanggung jawab bursa dalam mencegah aktivitas kriminal, terutama di tengah gempuran regulasi yang semakin ketat. Dalam pernyataan perpisahannya, tim manajemen eXch bahkan menuding beberapa platform lain telah “menyalahgunakan” data pengguna melalui kebijakan yang dianggap tidak masuk akal demi mengikuti tekanan pemberantasan pencucian uang.

Peretasan terhadap Bybit sendiri menjadi salah satu kasus pencurian terbesar dalam sejarah industri kripto. Insiden itu menyebabkan penarikan dana besar-besaran senilai lebih dari $5 miliar dari platform tersebut. CEO Bybit, Ben Zhou, pada saat itu menyatakan bahwa perusahaan masih memiliki cukup likuiditas untuk menutup potensi kerugian jika dana tidak bisa dikembalikan.

Seiring waktu, Bybit mulai memulihkan kepercayaan pasar. Pada 10 April, pangsa pasar bursa tersebut telah kembali ke kisaran 7 persen, menyamai posisi mereka sebelum insiden. Mereka juga mengalokasikan lebih dari $2 juta kepada para pemburu bayaran yang berhasil membantu pelacakan dana dan membekukan sekitar 89 persen dari total nilai yang dicuri, menurut laporan per 20 Maret.

Di sisi lain, keputusan eXch untuk menutup operasinya menunjukkan tekanan geopolitik dan hukum yang kini menyelimuti industri kripto tak lagi dapat diabaikan—terutama bagi platform yang mengusung prinsip privasi sebagai nilai utama. Pilihan untuk “mundur” mungkin bukan sekadar bentuk perlawanan, tapi juga refleksi betapa sempitnya ruang gerak bagi pemain-pemain kripto yang berada di garis abu-abu antara privasi dan regulasi. (Rfi)