Malam di Morowali Utara tak lagi pekat seperti biasanya. Di rumah-rumah yang sebelumnya keseringan mati lampu, kini listrik menyala stabil. Bagi warga Witaponda, Bumi Raya, hingga Kolonodale, ini bukan sekadar aliran daya. Ini tentang hadirnya harapan yang sempat lama padam.

Selasa malam, 26 Maret 2025, menjadi momentum yang tak akan mudah dilupakan. Transmisi jaringan 150 kV dari Tentena ke Kolonodale akhirnya resmi “energize”, lebih cepat dua hari dari jadwal yang disampaikan GM PLN Makassar saat audiensi dengan Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid.

Tak butuh waktu lama, kabar itu langsung tersebar, bukan dari siaran pers, tapi dari unggahan warga yang menulis syukur mereka di kolom komentar media sosial gubernur Anwar Hafid.

“Kerja nyata bukan omon-omon,” tulis akun @rapo_raflyalaidid. Bukan basa-basi. Warga menyaksikan sendiri listrik 30 MW masuk ke kampung mereka.

Di akun lain, @klerrhasrullpasarib999 menulis dengan nada haru, “Terima kasih Pak sudah mengurus listrik di Morowali Utara yang sudah bertahun-tahun tidak pernah sembuh mati lampunya,” ucapnya.

Masalah listrik di wilayah ini memang bukan cerita baru. Sudah bertahun-tahun warga hidup dengan pemadaman bergilir yang kerap datang tanpa pemberitahuan. Anak-anak belajar dalam gelap, pelaku usaha mikro merugi karena alat tak bisa digunakan, dan masyarakat hanya bisa berharap.

Kini, melalui program Berani Menyala, harapan itu dijawab. Gubernur Anwar Hafid menyebut ini sebagai kerja kolaboratif. PT Poso Energy, misalnya, bersedia menyambungkan jaringan dari PLTU mereka ke jalur PLN yang kini menjangkau Kolonedale.

“Setelah GM PLN Makassar Pak Wisnu audiensi dengan saya, beliau langsung tancap gas melakukan pertemuan dengan manajemen PT. Poso Energy,” ungkap Anwar.

Program Berani Menyala bukan cuma soal lampu. Ini tentang membuka akses ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial. “Kalau listrik sudah masuk, yang lainnya akan ikut bergerak,” kata Gubernur ke-12 Sulawesi Tengah itu.

Ia juga mengapresiasi cepatnya respons dari jajaran PLN di Makassar, Palu, Poso, dan Kolonodale.

Bukan tanpa alasan masyarakat banjir pujian. Sebab, dalam hitungan kurang dari 100 hari kerja, program yang digagas Anwar Hafid dan wakilnya Reny Lamadjido ini sudah menyentuh kebutuhan masyarakat paling mendasar.

Tanpa seremoni berlebihan, cahaya kini hadir, membawa kembali harapan di tiap sudut rumah yang selama ini merindukan terang.***