Dugaan Diskriminasi di RS Kolonodale, Komisi I DPRD Morut Siap Panggil Manajemen
Wakil Ketua Komisi I DPRD Morowali Utara, Arman Purnama Marunduh, angkat suara terkait dugaan diskriminasi dalam pelayanan medis di Rumah Sakit Kolonodale. Ia menegaskan, kejadian ini bukan sekadar soal fasilitas, melainkan menyangkut hak dasar warga, keselamatan jiwa.
Pernyataan Arman muncul menyusul kabar bahwa seorang pasien rujukan, Yusniati, terpaksa dibawa ke Palu menggunakan ambulans kecil karena diduga dilarang menggunakan mobil ambulans besar oleh Kepala Tata Usaha (KTU) RS Kolonodale, Yusdah Ramaino. Akibatnya, sebagian alat medis yang menunjang nyawa pasien harus dilepas karena keterbatasan ruang.
“Ini bukan pertama kali kami menerima laporan soal layanan RS Kolonodale. Tapi kali ini sudah menyangkut kondisi darurat. Saya sudah minta Komisi I segera jadwalkan rapat kerja dengan manajemen rumah sakit. Kita tidak bisa anggap enteng,” ujar Arman, Jumat (21/3/2025).
Ia menilai perlakuan semacam ini tidak bisa ditolerir dan harus segera diklarifikasi oleh pihak rumah sakit.
“Kalau benar ada larangan penggunaan ambulans besar untuk pasien darurat, itu tindakan yang sangat disesalkan. Rumah sakit itu fasilitas publik, bukan milik pribadi. Tidak ada ruang untuk diskriminasi dalam layanan kesehatan,” tegasnya.
Lebih jauh, Arman menegaskan bahwa Komisi I DPRD Morut akan mengawal kasus ini sampai tuntas. Pihaknya bahkan membuka ruang pengaduan bagi masyarakat yang mengalami hal serupa di fasilitas kesehatan manapun di Morut.
“Saya tegaskan, pelayanan kesehatan itu urusan nyawa. Kita akan pastikan semua warga mendapatkan haknya, tanpa pandang bulu. Jika ditemukan pelanggaran, akan ada rekomendasi tegas,” tutup politisi Gerindra tersebut.
Sementara itu, dari informasi yang dihimpun, keputusan KTU RS Kolonodale yang menolak penggunaan ambulans besar menuai protes dari sejumlah tenaga kesehatan.
Mereka menyebut pasien seharusnya tetap mendapatkan dukungan alat medis penuh selama perjalanan, termasuk monitor, oksigen, dan infus tambahan.
Keluarga pasien juga mengungkapkan kekecewaan mendalam, terlebih setelah mengetahui bahwa ambulans besar sebenarnya tersedia di rumah sakit saat itu.***