Ketika Doa Seorang Suami Menjadi Nyata di Rahim Fanny Kondoh
Di tengah perpisahan yang paling memilukan, seorang suami meletakkan tangannya di perut istrinya dan berbisik dalam lirih, “Ya Allah, lindungilah anak dan istriku.” Tak ada yang tahu bahwa doa itu akan menjadi kenyataan, bahkan ketika ia sendiri telah pergi.
Fanny Kondoh duduk di samping ranjang rumah sakit, menggenggam tangan suaminya yang semakin melemah. Kondo-san, pria yang ia cintai dengan sepenuh hati, kini berada di ambang perpisahan dengan dunia.
Selama bertahun-tahun, mereka berjuang bersama melawan kanker yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Namun, di antara semua harapan yang masih ingin ia genggam, ada satu yang tak pernah hilang. Keinginan untuk memiliki anak.
Mereka telah mencoba segalanya. Dua kali program bayi tabung, dua kali pula kegagalan menghancurkan harapan mereka. Saat akhirnya mereka mencoba untuk terakhir kalinya, takdir justru berkata lain.
Senin pagi, Fanny menjalani transfer embrio. Selasa, Kondo-san dilarikan ke rumah sakit. Seminggu kemudian, napasnya yang terakhir mengisi ruangan yang sunyi.
Sebelum pergi, dengan sisa tenaga yang hampir habis, ia meletakkan tangannya di perut Fanny dan berdoa.
“I’m okay if I have to go, but protect my wife and my baby.”
Lalu, dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia mengucapkan “I love you.” Beberapa detik kemudian, dengan syahadat di bibirnya, ia pergi.
Tak seorang pun tahu bahwa di dalam tubuh Fanny, ada kehidupan yang telah tumbuh.
Hanya beberapa hari setelah pemakaman, tubuh Fanny mulai melemah. Ia kehilangan berat badan drastis, tubuhnya seakan menolak makanan, dan jiwanya terasa hampa.
Kehilangan Kondo-san adalah hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah merasa sendirian, hingga hari itu tiba.
Namun, di tengah kesedihannya, ada firasat yang begitu kuat di hatinya. Dengan sisa tenaga, ia meminta dokter untuk melakukan tes kehamilan.
Ia tidak berani berharap. Ia tahu terlalu baik bagaimana rasanya kehilangan harapan. Namun, ketika angka beta HCG menunjukkan ribuan, ia terdiam.
Ia hamil.
Tangannya bergetar saat menyentuh perutnya. Air mata yang selama ini jatuh karena kehilangan, kini mengalir dengan makna yang berbeda.
Dokternya menatapnya dengan lembut dan berkata, “Seperti yang saya bilang, bayi ini akan menggantikan ayahnya untuk melindungi ibunya.”
Kazuki Musa Kondo, Warisan Cinta yang Tak Terputus
Fanny memutuskan memberi nama anaknya Kazuki Musa Kondo.
Kazuki, yang berarti ketenangan dan kebahagiaan. Musa, yang berarti pemimpin. Dan Kondo, nama keluarga yang akan selalu menjadi bagian dari hidupnya.
Nama ini bukan sekadar nama. Nama ini adalah bukti bahwa cinta sejati tidak mengenal batas kehidupan dan kematian. Nama ini adalah doa terakhir seorang ayah yang kini bernafas dalam tubuh anaknya.
“Papa mungkin tidak ada di dunia ini, tapi kasih sayangnya akan selalu ada untuk kita,” bisik Fanny saat meraba perutnya, merasakan denyut kehidupan yang kini menjadi alasannya untuk terus bertahan.
Kazuki bukan hanya anak biasa. Ia adalah keajaiban. Ia adalah bukti bahwa bahkan dalam kehilangan yang paling menyakitkan, ada harapan yang tetap tumbuh.
Dari Kesedihan Menjadi Kekuatan
Tidak ada yang mudah bagi Fanny. Ia harus menjalani kehamilan ini seorang diri. Tidak ada tangan Kondo-san yang bisa menggenggamnya saat ia merasa takut. Tidak ada suara lembutnya yang bisa menenangkannya di tengah malam.
Tetapi ada Kazuki.
Setiap tendangan kecil di perutnya adalah pesan dari semesta bahwa ia tidak sendiri. Setiap detak jantung kecil yang ia dengar dari layar monitor adalah pengingat bahwa cinta mereka belum berakhir.
Kazuki adalah jawaban dari doa terakhir suaminya. Dan ia akan memastikan bahwa warisan cinta itu terus hidup.
Keajaiban di Tengah Kehilangan
Dalam hidup, kehilangan sering kali terasa seperti akhir. Tapi bagi Fanny, kehilangan adalah awal dari sesuatu yang baru.
Kondo-san mungkin telah pergi, tetapi cintanya tetap ada. Ia tetap hidup dalam darah Kazuki, dalam senyum Fanny, dalam setiap langkah yang akan mereka lalui bersama.
Kazuki adalah bukti bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar mati. Ia hanya berubah bentuk menjadi lebih kuat, lebih nyata, lebih abadi.
Dan kini, Fanny tak hanya seorang istri yang setia, tetapi seorang ibu yang akan menjaga cinta suaminya dalam kehidupan anak mereka.
Kazuki Musa Kondo, anak yang lahir dari doa terakhir ayahnya, bukti bahwa cinta sejati tidak akan pernah hilang. (Rfi)
Sumber: Youtube Denny Sumargo