Minggu malam, 8 Februari 2025 di Lapangan Immanuel, Kota Palu, Oma Dabo, seorang wanita paruh baya, menjadi sosok yang tak terlupakan.

Suaranya lantang menyanyikan lagu “Lancar” bersama ribuan penonton, seolah-olah lupa akan perjuangan berat yang baru saja dilaluinya. Bagi warganet yang menyaksikan unggahan videonya di media sosial, malam itu adalah bukti cinta sejati terhadap musik Iwan Fals.

Memang, sejak remaja, Oma Dabo telah akrab dengan lirik-lirik penuh makna dari Iwan Fals. Lagu-lagu sang legenda menjadi penghibur di kala susah dan teman di saat bahagia.

“Bento,” “Ibu,” dan “Lancar” adalah nyanyian yang terus hidup dalam ingatannya. Maka, ketika mendengar kabar bahwa idolanya akan menggelar konser di Palu, semangatnya menggelora. Tak peduli usia yang tak lagi muda atau keterbatasan finansial, ia bertekad hadir di konser tersebut.

Oma Dabo memulai perjalanannya dari Desa Sibowi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, hanya dengan bekal Rp25 ribu di tangan.

Setibanya di Jalan Juanda, Rp15 ribu habis untuk membeli bensin motor. Kini, yang tersisa di tangannya hanya Rp10 ribu. Namun, hal itu tak membuat langkahnya goyah.

“Yang penting sampai dulu,” pikirnya.

Namun sesampainya di lokasi konser, Rp10 ribu tersebut langsung habis untuk membayar parkir. Sejenak, ia menghela napas panjang, sadar bahwa uangnya benar-benar habis.

Tetapi, keberuntungan kecil menghampirinya. Di dalam saku bajunya, ia menemukan selembar Rp5 ribu yang tak disangka-sangka. Sayangnya, uang itu hanya cukup untuk membeli sebotol air mineral, bukan nasi kuning seperti yang diinginkannya.

Dengan perut kosong dan energi yang kian menipis, Oma Dabo duduk di bawah pohon di luar pagar konser, meneguk air mineral perlahan sembari berdoa, “Semoga saya kuat sampai konser selesai.” Ia tahu malam itu tidak akan mudah, tetapi baginya, melihat penampilan Iwan Fals adalah tujuan yang jauh lebih besar daripada keluhan fisik.

Saat pintu konser dibuka, ia masuk ke venue dengan semangat baru, meski harus merelakan botol air yang ditahan oleh petugas keamanan.

Malam itu, suasana di Lapangan Immanuel begitu meriah. Ribuan penggemar dari berbagai kalangan, mulai dari generasi muda hingga orang tua, larut dalam nostalgia. Iwan Fals dan band Gaung Merah berhasil menghidupkan malam itu dengan lagu-lagu yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup banyak orang.

Di tengah gemuruh suara penonton, Oma Dabo tak sekadar menjadi penonton pasif. Dengan semangat yang luar biasa, ia menyanyikan setiap bait lagu “Lancar” dengan fasih. Momen tersebut diabadikan oleh salah satu pengunjung dan diunggah ke Facebook oleh akun @Try Suryani. Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar positif.

“Sehat selalu Tante Dabo, orang Sibowi, Sigi,” tulis akun Rizkiyanti Zahra Anindita.

Di komunitas OI (Orang Indonesia), Oma Dabo mendapat pengakuan sebagai penggemar sejati Iwan Fals. Bukan hanya karena ia hafal setiap bait lagu, tetapi juga karena perjuangannya yang menginspirasi banyak orang.

Konser tersebut merupakan bagian dari rangkaian tur gratis Iwan Fals di 25 kota di Indonesia. Palu menjadi kota kedua setelah konser pembuka di Manado pada 18 Januari 2025. Bagi Oma Dabo, malam itu adalah kesempatan yang sangat berharga. Meski kelelahan dan perut kosong, ia merasa segala pengorbanannya terbayar lunas.

Malam itu, dengan tubuh lelah tetapi hati penuh rasa syukur, Oma Dabo membuktikan bahwa cinta sejati terhadap sesuatu mampu menaklukkan segala keterbatasan. Perjuangan kecilnya adalah cermin dari semangat hidup yang tidak mudah pudar.

“Mudah-mudahan suatu saat saya bisa bertemu langsung dengan Iwan Fals,” ujarnya penuh harap.

Kisah Oma Dabo mengingatkan kita bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kenyamanan materi. Kadang, justru dari perjuangan sederhana dan semangat yang tak pernah padam, kenangan terindah terbentuk.

Penulis: Rifai