JAKARTA – Soliha terkejut anaknya demam tidak turun setelah dia memberinya sirup paracetamol. Padahal, dari pengalaman sebelumnya, saat anaknya panas, sirup itu jadi andalan.

Sehari setelah minum obat, demam anaknya berusia 3,5 tahun itu sudah turun, tetapi keesokan harinya kembali lagi dan semakin parah. Pada Minggu (10/9/2022) anak itu muntah hebat di pagi hari. Muntah hingga seluruh isi perut keluar. Muntahnya kuning kehijauan,” kata Soliha, Sabtu (22/10/2022) di Depok.

Soliha putus asa. Pada pagi harinya Dia membawa putrinya ke klinik terdekat untuk dapat perawatan segera. Di klinik, dokter memberinya obat untuk mual, demam, masuk angin dan oralit. Usai dikonsumsi, kondisi sang anak terdapat perubahan. Mulai ada nafsu makan dan minum.

Tapi, lagi-lagi anak itu muntah kembali. Anak itu tidak pernah buang air kecil sejak hari itu.

Karena masih muntah-muntah dan tidak bisa buang air kecil, Soliha membawanya ke RS Bunda Aliyah Depok. Dokter menyarankan anak itu untuk melakukan tes darah. Hasilnya mengejutkan. Anak tersebut didiagnosis dengan gagal ginjal akut stadium 3. Dokter menyarankan ptrinya agar dibawa ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

Dirawat di PICU RS Bunda Aliyah Depok, kondisi putrinya terus memburuk. Semalam di ICU, stadium gagal ginjal akut putrinya berubah dari 3 menjadi 6. Karena stadiumnya yang semakin parah, dokter mengatakan anak itu harus cuci dsrah. Rumah sakit tidak memiliki fasilitas hemodialisis (HD), dokter menyarankan untuk memindahkan anaknya ke rumah sakit yang memiliki fasilitas hemodialisis (HD).

Bocah itu akhirnya dipindahkan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Selasa (11/10/2022). Di RSCM, kondisi anaknya tidak membaik. Ingatannya hilang dan dia tidak mengenali orang tuanya. Dia tidak mengenali saya. ujar Soliha di Depok, Sabtu (22/10/2022).

Saat pasangkan peralatan HD untuk dialisis pertama, jantung putrinya berhenti. Dokter akhirnya memasang alat pacu jantung dan ventilator. Pada Jumat (14/10/2022) bocah itu akhirnya mulai cuci darah. Selama 5 jam proses cuci darah, kondisi anak naik turun.

“Setelah menjalani cuci darah, urin tetap tidak keluar dari tabung urinnya,” kata Soliha.

Pada Sabtu malam kondisi Putrinya memasuki fase kritis. Saturasi oksigennya di bawah 40. Ventilator dihidupkan kembali. Doa terus dipanjatkan agar kondisi putrinya membaik. Namun, takdir berkata lain.

Pada hari Minggu (16 Oktober 2022) sekitar pukul 08:20, dokter menyatakan bahwa nyawa anak tersebut tidak dapat diselamatkan. Sang Khalik memanggil anak itu. Soliha sangat terpukul.

Kisah serupa tak hanya dialami keluarga Soliha. Puluhan orang tua juga berbagi rasa sakit yang sama. Anaknya yang awalnya demam tinggi diberi sirup paracetamol. Tapi fatal. Obat panas yang diduga mengandung senyawa kimia berbahaya itu berujung pada kematian. Obat yang masih dalam penyelidikan ini diduga menyebabkan gagal ginjal akut pada anak.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hingga Jumat (21/10/2022) kasus ginjal akut (AKI) telah mencapai 241 kasus. Jumlah ini meningkat dari 206 kasus sebelumnya pada Selasa (18/10/2022). Kasus ini telah menyebar ke 22 provinsi. Dari 241 kasus, 133 orang meninggal.