Untuk mengakses sekolah ini, anda harus menempuh jarak berkisar antara 5-6 kilometer dari jalan poros. Akan ada papan petunjuk berukuran kecil yang menandakan jalan masuk menuju SDN 25 Sojol. Awalnya, anda akan menemui jalan beton yang menanjak lalu menurun kembali. Namun jalan beton tersebut hanya berjarak beberapa meter saja. Setelahnya, anda akan mulai melintasi jalan berbatu yang kemungkinan tak pernah disentuh aspal.

Batuan yang ada di sepanjang jalan bukanlah batuan kerikil saja, tapi juga ada batuan besar yang telah menyatu dengan jalanan tanah liat. Jalanan dengan kondisi seperti ini akan anda tempuh berkilometer jauhnya. Warga yang bermukim di wilayah tersebut mengaku sudah terbiasa melewati jalan ini, tapi kadangkala motor kecil mereka rusak akibat terlalu sering melintasi jalan bebatuan ini.

Tidak hanya jalanan berbatu, anda juga akan berjumpa dengan jembatan sangat sederhana yang terbuat dari kayu-kayu tua nan berlumut. Bahkan lebih parahnya, batang pohon kelapa yang berbentuk bundar turut menjembatani perlintasan yang ada. Jika dalam keadaan licin dan tidak berhati-hati, siapapun yang melintasi batang kelapa tersebut bisa saja terpeleset jatuh ke sungai yang mengalir deras.

Ketika anda masuk lebih ke dalam, anda harus bersiap-siap melintasi jalan kecil yang sangat becek, licin, serta berbatu pula. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melewati jalanan ini. Jalanan yang becek dan licin akan semakin parah jika hujan turun di wilayah tersebut. Para pengendara motor tentunya harus mengerahkan tenaga lebih besar untuk memacu kendaraannya menaklukkan medan yang berat.

Selanjutnya, anda akan mendapat kebun coklat yang cukup luas. Di tengah kebun coklat tersebut lah bangunan SDN 25 Sojol berdiri tegak. Kedatangan LPM dan Himapsol disambut oleh puluhan siswa, guru, serta orang tua siswa yang berasal dari wilayah pedalaman. . Ada 2 bangunan yang berdiri di sekolah ini. Yaitu bangunan lama yang terbuat dari kayu, serta bangunan baru yang berdinding. Bangunan lama digunakan untuk kelas 1 dan 2, sedangkan bangunan baru digunakan untuk kelas 3, 4, 5, 6, serta ruangan kantor.

Kendati disebut sebagai bangunan baru, namun pada faktanya bangunan ini juga sudah lama berdiri. Bahkan plafon ruangan kelas yang terbuat dari tripleks pun beberapa diantaranya sudah rusak dan berpotensi bisa membasahi ruangan kelas apabila turun hujan, karena atap gedung juga mulai bocor.