PALU, Infopena.com – Di balik gegap gempita pesta demokrasi di Kabupaten Donggala, terselip keadaan memilukan yang membuat kita sontak geleng-geleng kepala. Ketika akses pendidikan harusnya mudah, terjangkau, dan berkelayakan, justru hal tersebut berkebalikan saat melihat apa yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 25 Sojol.

SDN 25 Sojol terletak di Dusun IV Desa Siboang, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala. Letaknya sangat jauh dari pemukiman penduduk. Jalanan tidak layak nan menyedihkan harus ditempuh untuk tiba di sekolah ini. Ketika pemerintah mencanangkan wajib belajar 12 tahun bagi setiap orang, sejenak hati ini bertanya. Mampukah hal itu terwujud disaat akses pendidikan di wilayah ini cukup sulit?

Nalar orang kota nan manja pasti berkata, “Ah pasti tidak akan ada yang ingin sekolah di tempat terpencil seperti itu!”. Bahkan cuitan penuh patah asa juga mungkin akan berkata, “Untuk apa capek-capek mengajar di sekolah kurang penghuni itu! Tak ada gunanya!”.

Tapi ternyata cibiran itu ditepis langsung dengan realita yang terjadi di sekolah ini. Meski lokasinya sulit ditempuh, berada di tempat terpencil, suasana apa adanya, namun para siswa sangat bersemangat untuk belajar di sekolah ini. Beberapa guru yang mengabdi di sekolah ini pun turut bersemangat mendidik para anak yang kelak menjadi generasi masa depan bangsa.

Puluhan anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hitam Putih Fakultas Hukum Universitas Tadulako dan Himpunan Mahasiswa Pelajar Sojol (HIMAPSOL) berkesempatan untuk mengunjungi SDN 25 Sojol dalam rangka kegiatan sosial bertajuk “Berbagi Bantuan Buku Pendidikan”. Sesuai tajuk tersebut, kedatangan dua lembaga ini bertujuan untuk menyerahkan bantuan ratusan buku bacaan pendidikan serta berkesempatan untuk turut mendidik puluhan siswa yang ada di SDN 25 Sojol.