Kisah Lengkap Sewu Dino yang Disebut Lebih Seram dari KKN di Desa Penari
“Obongen payung pendusan iku gawe aku” (bakar payung orang meninggal itu, untuk saya).
Dela melangkah pergi, ia memberikan tatapan terakhir kepada Sri, seakan yakin, Sri akan melakukannya
Malam, semakin larut, Sri melihat sebuah mobil datang. Sugik, ucap Sri mengawasi dari jendela, mbah Tamin dan Dini, melangkah masuk ke dalam mobil, mereka pergi dari kediaman ini.
Sri hanya membatin, ke mana mereka pergi, dan kenapa ia tidak diajak pergi, semua ini tiba-tiba mengingatkannya pada pesan Dela, nyawanya ada di tangan, si mbah.
meski ragu, Sri membuka pintu, ia melihat Dela, tersenyum, berdiri di depan kamar, seakan, sudah menungguinya.
Sri dan Dela menyusuri rumah, ia pergi ke dapur, mencari korek dan minyak tanah, kemudian, mulai berjalan di tengah kegelapan malam.
Bulan sedang tidak menampakkan diri, Sri berdiri, di sudut sebuah pagar, disana, ada sebuah payung kecil berwarna hijau. “payung penduso” ucap Sri.
“Bakar kabeh payung iki, onok pitu payung nang lemah iki, percoyo ambek aku” (bakar semua payung ini, ada 7 payung diatas tanah ini, percaya sama saya).
Sri menyiram payung itu, membakarnya, setiap kobaran api yang menyala-nyala. Dela tertawa melihatnya, ia seperti menari-nari Sri seperti ikut dalam setiap bisikan Dela ketika ia menunjuk dimana saja, payung itu disembunyikan, dan setiap satu payung terbakar, Dela menari-nari, merentangkan tangan, tertawa begitu senang, sampai, Sri menatap, payung terakhir. Payung itu, terletak tepat di depan lukisan itu.
Sri berhenti, ia melihatlagi lukisan itu, memperhatikan setiap detail siapa yang dilukis dalam balutan palet warna yg seakan familiar di mata Sri. Apa maksud lukisan itu, seakan ia, mengenal siapa yg ada dalam lukisan.
Sampai, Sri baru memahami sesuatu, namun Dela tiba2 berbisik. “Kok ragu Sri”
Dela melihat Sri, mengawasinya, dari ujung kaki hingga ujung kepala, tatapannya, membuat Sri merinding. Ia masih tersenyum, memaksa Sri melakukannya
“Wes sadar yo, sopo aku” (sudah sadar ya, siapa saya)
Sri beringsut mundur, namun, Dela terus mendekatinya.
Sri langsung berlari, sementara Dela hanya melihatnya begitu saja, ia tidak tahu apa2, tidak sampai ia yakin sekarang, ia mengerti semuanya.
Kenapa ia bisa sampai ada disini, siapa Sengarturih dan Banarogo yg sebenarnya, dan tempat ini, semua ini adalah?!
Sri tersandung, jatuh. Sri merangkak, lantas, ia kemudian bersembunyi.
Dela baru saja datang, suara langkah kakinya, bayanganya ketika melewatinya, seakan membuat Sri hampir kehilangan akalnya, Sri terus diam, Dela tidak akan tahu di mana ia berada
Sebelum, “SRI” Dela menarik rambut Sri, mencengkramnya. Sri melawan sebisanya, namun, ia tidak bisa menghadapi bala kekuatan yg entah darimana datangnya.
Dela seperti orang kesurupan, caranya menghantam wajah Sri dengan telapak tanganya, membuat wajah Sri babak belur, bahkan, ia menginjak wajah Sri dengan kakinya.

 
													 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					