Kisah Lengkap Sewu Dino yang Disebut Lebih Seram dari KKN di Desa Penari
Banyak rumah yg masih menggunakan gedek (bambu anyam) di samping kiri kanan, setiap jengkal rumah, saling berjauhan, dari dalam mobil, Sri hanya bisa mengamati, bahwa tempat ini, tidak berbeda jauh dari nuansa ketika mereka tinggal di hutan.
Masalahnya, Sri belum melihat satu manusia pun di sini, seakan ini adalah sebuah Desa mati.
Mobil masuk ke sebuah gang, dengan pemandangan yg sama, batu kerikil keras di sepanjang jalan, menambah kesan bahwa Desa ini pasti desa pinggiran, jauh darimana-mana.
Dan ketika mobil berhenti, saat itulah, Sri melihatnya mbah Tamin tengah berdiri di sebuah rumah, menyerupai gaya bangunan pondok dengan atap melebar, rumah dengan kayu jati menjadi corak bahan utama, sekana memberitahu Sri ini adalah tempat yg ia janjikan.
Mbah Tamin berdiri, di teras rumah, disampingnya, ada Dela. Hal yg membuat Sri dan Dini tidak bisa berhenti melihat hal itu, mereka seakan ngeri dengan pemandangan itu, Dela berdiri persis disamping mbah Tamin, senyumanya, menjadi pembuka dari sambutan yg tidak pernah Sri bayangkan.
Sugik melangkah keluar, membuka pintu mobil, Sri dan Dini, ikut keluar, meski dengan langkah ragu, mereka mendekati mbah Tamin dan Dela, yg sejak tadi, menatap kedatangan mereka.
“Mbak Sri ya” kata Dela, suaranya layaknya seperti gadis muda lainya. “Maturnuwun purun nerima kerjaan niki ngih mbak” (terimakasih sudah mau menerima pekerjaan ini)
Sri hanya menyambut tangan Dela, ia masih bisa melihat luka borok, dan perut buncitnya, tidak ada yg berubah dari penampilan fisiknya yg membuat siapapun tidak akan sanggup melihatnya.
Setelah melihat Sri dengan tatapan sumringahnya, Dela beralih pada Dini, ia melakukan hal yg sama. Sri hanya bingung, ia tidak pernah melihat ini sebelumnya, apa yg membuat Dela yang ini, sangat berbeda dengan Dela yg selama ini, Sri lihat. Mbah Tamin, hanya mengamati saja.
Setelah berbasa-basi, mbah Tamin mempersilahkan Sri dan Dini masuk, didalam, Sri langsung bisa merasakan bahwa rumah ini, jauh berbeda dari rumah gubuk itu, rumah disini, berkali2 lipat lebih besar, tentu dengan nuansa jawanya yg kental. Meski begitu, Sri merasa ngeri memasukinya.
Setiap ruangan di rumah, besarnya bukan maen, banyak lukisan dengan corak kental adat budaya jawa yg bisa Sri saksikan langsung. Namun, dari semua itu, ada satu lukisan yg menarik perhatian Sri, sebuah lukisan yg familiar.
Sri menatap lekat-lekat foto itu. Seorang wanita tengah berpose dengan sanggul, mengenakan kebaya, menatap lurus, ia tengah memegang jabang bayik.
Yang membuat Sri tidak bisa mengalihkan perhatianya adalah, jabang bayik di lukisan itu, memiliki 2 kepala.
“Sri, kamarmu nang mburi, ayok tak terna” (Sri kamarmu ada di belakang, sini, aku antar) kata mbah Tamin
Sri baru menyadari, Dini tidak ada di belakangnya, entah kemana, ia mengikuti mbah Tamin, menelusuri setapak demi setapak dan melihat banyak ruangan tanpa pintu.
Kamar Sri hanya ruangan kecil, dengan beberapa perabot tua. Ia tidak lagi sekamar dengan Dini, hanya ada jendela yg ditutup oleh Gorden. Di sana, mbah Tamin mengatakanya.
“Nek wes jam 12, lawang kamarmu ojok lali di tutup, ojok sampe mok bukak yo, pesenku iku tok” (Kalau sudah jam 12, pintu kamarmu jangan di buka, jangan sampai kamu membukanya, ingat pesanku ini) tegas mbah Tamin, lalu ia pergi.
Sri membuka gorden di jendelanya, ia bisa merasakan, bahwa keberadaanya di sini. Tidak ada bedanya dengan keberadaanya di alas itu, entah kenapa, tempat ini sama saja, seperti memintanya menguak apa yg ada di sini.
Sebelum, ia melihat Dela, barusaja melewati kamarnya, menatapnya lalu menghilang, dengan senyuman yg memancing keingintahuan.
Sri sudah mengunci pintu kamar dan jendelanya, kini, ia berbaring di atas kasur tua, yg setiap ia bergerak mengeluarkan suara tidak mengenakan.
Hanya dengan menatap cahaya lilin di meja, Sri merasa ia aman, selebihnya, ia terjaga, tidak bisa tidur dengan pertanyaan dipikiranya.

 
													 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					