Kisah Lengkap Sewu Dino yang Disebut Lebih Seram dari KKN di Desa Penari
“Onok opo iki Sri” (ada apa ini Sri) Erna ikut menahan tubuh Dela yg meronta.
Sebelum akhirnya Dela menjadi tenang, dan ia kemudian tertidur kembali, Sri baru mengikat tali itu dengan benar. Ia mengangkat Dela kembali ke ranjangnya, menutupnya dengan keranda bambu kuning.
Wajah Erna dan Sri masih tidak percaya atas apa yg baru saja terjadi. Erna mulai menangis. “aku kepingin muleh” (aku ingin pulang)
Sri tidak berkomentar, ia sadar, bahwa sekarang, ia juga ingin pulang. Hanya saja bila bukan karena sudah terikat dan pasti ada resiko yg sudah menunggu bila mereka pulang, lantas, apa yg disembunyikan oleh si mbah.
Sri menceritakan semuanya kepada Erna. Ia lalai dalam menjalankan tugasnya, karena panik, ia membasuh Dela tanpa mengikat tali di kaki dan tanganya terlebih dulu.
Namun gara-gara itu, Sri menyadari, Santet macam apa, yg memasukkan iblis sekuat itu hanya untuk menghabisi nyawa.
Sri jadi ingat cerita bapak. Santet bukan hal baru di sini, namun, untuk melaksanakan santet dibutuhkan kebencian yg melebihi akal, bila benar itu, kebencian macam apa yg bisa dan setega ini dilakukan oleh orang, hanya untuk mengambil nyawa dari anak yg tidak tahu apa-apa.
Namun di balik semua itu, santet ini adalah kali pertama Sri lihat, seperti ada teka-teki, seakan ada yg ditutupi, pasti ada jawabanya, pasti ada jalan keluarnya. Namun apa, Sri tidak tahu apapun dari keluarga ini, dan kenapa anak ini sebegitu berharganya.
Sampai, Sri teringat. “Sewu dinone” (seribu harinya) kata Sri lirih, ia melirik menatap Erna,
“Er, ojok ngomong awakmu lahir jumat kliwon” (Er jangn bilang kamu lahir di hari jumat kliwon). Erna yg mendengarnya, kaget “awakmu pisan?) (kamu juga).

 
													 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					