Kisah Lengkap Sewu Dino yang Disebut Lebih Seram dari KKN di Desa Penari
“Engkok, tak ceritani, nek awakmu wes siap” (nanti saya ceritakan kalau kamu sudah siap saja) kata mbah Tamin, “tugasmu kabeh, ngurus Dela” (tugas kalian mengurus Dela).
Sudah 3 hari berlalu, Sri, Dini dan Erna, bergantian mengurus Dela, mulai memandikanya, memberinya minuman. Dadis itu, lebih seperti gadis yg tengah koma dibandingkan gadis yg disantet entah oleh siapa dan bagaimana latar ceritanya, masih terlalu awam untuk tahu, pikir Sri.
Entah sudah keberapa kali, Sri mendengar Erna dan Dini berbicara tentang Dela, berbicara tentang bau busuk yg keluar dari tubuhnya. Sampai kalimat tidak menyenangkan lainya saat mereka tinggal di tempat ini, dan betapa misteriusnya lelaki tua bernama Tamin itu, Sri memilih diam.
Namun, di luar semua itu, sebenarnya Sri sama seperti yg lain, aroma busuk itu, benar2 menganggunya. Selain itu, hidup di sini sangat berat, tidak ada orang lain, kiri kanan hanya pohon liar, seakan mereka tinggal di dunia yg berbeda.
Suatu sore, mbah Tamin pamit, ia akan pergi. Ia berpesan kepada Sri dan yg lainya, untuk tetap menjalankan tugasnya, dan tidak melupakan pantangan yg sudah ia ucapkan. Salah satunya, untuk tidak lupa mengikat Dela saat membuka keranda itu.
Tidak lupa, mbah Tamin juga berpesan, untuk tidak membukakan pintu, pada malam ini. Siapapun dan bagaimanapun, jangan membuka pintu, ucap mbah Tamin, sebelum ia pergi, melangkah menembus pepohonan hutan. Sri yg mendengarnya, merasa merinding setiap ingat pesan orang tua itu.
Hari sudah gelap, Sri menutup pintu dan jendela, lalu pergi ke kamar. Di sana ia melihat Dini sudah tidur, di sampingnya Erna tengah meringis menahan sakit. “koen kenek opo Er?” (kamu kenapa Er) tanya Sri.
“Sri, aku oleh jaluk tulung” (Sri, aku boleh minta tolong tidak).
“Jalok tolong opo?” (minta tolong apa?)
“Engkok bengi, wayahku ngadusi Dela, isok mok ganteni, mene, wayahmu tak ganteni” (Malam ini giliranku memandikan Dela, bisa kamu gantikan, besok, ganti aku yg gantikan kamu). Awalnya, Sri keberatan, namun, melihat kondisi Erna, Sri setuju.

 
													 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					