Kisah Lengkap Sewu Dino yang Disebut Lebih Seram dari KKN di Desa Penari
Mbah Tamin berdiri, ia seakan memberi tanda agar Sri dan yg lain mengikutinya. Ia berjalan di samping sisi rumah, banyak sekali potongan kayu yg disusun. Memang, rumah ini terlihat mengerikan, dengan pencahayaan yg hanya dari lampu petromax, selain itu, kegelapan, ada dimana-mana
Ia berhenti tepat di belakang rumah, ada sebuah pagar bambu, dimana, di dalamnya, ada sebuah sumur. Di sana, tempat untuk mandi, dan tempat untuk mengambil air untuk kebutuhan hidup selama tinggal di sini, termasuk untuk basuh sudo (tubuh mati) Dela yg terbaring tak bergerak.
Hanya Sri yg berinisiatif bertanya, terutama ketika soal memandikan itu, entah apa dan kenapa? Sri seakan tahu, cara memandikanya pasti tidak sama seperti cara memandikan orang biasa. Hal itu, membuat mbah Tamin tersenyum, seakan mempersingkat penjelasan beliau tentang ini semua.
“Iyo, cara ngedusine, pancen onok tata carane, salah sijine, kembang pitung rupo” (iya, cara memandikanya, memang berbeda, ada tata caranya, salah satunya, bunga 7 rupa).
Mbah Tamin menunjuk sebuah tempat khusus, dimana, ada bunga dengan rupa berbeda, di letakkan di atas tempeh.
Dengan cekatan, mbah Tamin mengisi baskom dengan air, mencampurinya dengan bebungaan itu, membawanya ke kamar tempat Dela tertidur
Lalu, ia melihat Sri, memanggilnya. Dini dan Erna hanya mengamati saja. Ia diminta mengikat tangan dan kaki Dela, Sri menuruti apa kata mbah Tamin.
Walau sebenarnya ia bingung, kenapa Dela harus diikat. Setelah Sri menyelesaikan tugasnya, mbah Tamin baru membuka keranda bambu kuning itu, ia mulai membasuh badan Dela, Sri ikut membantu, dan di sana, Sri menemukan fakta mengejutkan lain.
Perut Dela, membesar seperti mengandung. Sri yg membasuhnya, menatap mbah Tamin dengan tatapan bingung dan kaget. Namun mbah Tamin tampak mengerti apa yg ingin Sri tanyakan. Setelah selesai dengan semua itu, Keranda kembali di tutup, dan kain yg mengikat Dela di lepas satu persatu. Mbah Tamin melangkah pergi.
“Mbah” kata Sri, mengejar mbah Tamin, di belakangnya ada Dini dan Erna yg tidak tahu apa yg baru Sri lihat.

 
													 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					 
			    					