PALU – Akademi Kebidanan (Akbid), Yayasan Pendidikan Cendrawasih Palu melaksanakan seminar nasional, dengan mengangkat isu stunting di salah satu hotel di Kota Palu, Sabtu (30/11).
Kegiatan itu mengangkat tema “Kenali, Cegah dan Atasi Stunting untuk Investasi Generasi Berprestasi Bangsa”.
Seminar menghadirkan tiga narasumber, yakni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng dr. Reny Arniwaty Lamadjido, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. dr. Veni Hadju dan Dokter Spesialis Anak RSUD Undata, dr. Suldiah.
Ketua Panitia, Ni Made Rosiyana, mengatakan pemilihan tema itu didasarkan pada masalah stunting pada balita yang belum teratasi. Di mana, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, terdapat 30,8 persen balita di Indonesia mengalami stunting.
Dia menjelaskan, keadaan stunting pada balita dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada masa balita, gangguan perkembangan fungsi kognitif, psikomotor, penurunan intelektual, peningkatan risiko penyakit degenerative dan penurunan produktivitas dimasa mendatang.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada peserta tentang keterkaitan 1000 hari pertama kehidupan dengan kejadian stunting. Memberikan informasi kepada peserta optimalisasi gizi untuk pencegahan stunting pada anak dan memberikan informasi kepada peserta tentang kebijakan pemerintah, terkait pencegahan dan penanganan stunting di Sulteng,” tuturnya.
“Besar harapan kami agar kegiatan seminar nasional ini dapat menjadi agenda rutin yang dilaksanakaan oleh Akbid Cendrawasih pada setiap tahunya,” terangnya.
Di kesempatan itu, dr. Renny, menjelaskan, stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
“Stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi,” katanya.
Kata dia, untuk menekan angka stanting dibutuhkan peran semua pihak, namun para bidan adalah garda terdepan.
“Saya berharap sekali kepada adik-adik mahasiswa kebidanan dapat menyerap pengetahuan dan pengalaman yang akan diberikan oleh narasumber sebagai bekal untuk menjadi Bidan yang dapat diandalkan dan dapat memperkuat keilmuan tentang kebidanan, karena Bidan adalah garda terdepan dalam kesehatan,” imbuhnya.
Kegiatan itu dirangkai dengan donor darah, melibatkan 500 peserta seminar yang terdiri dari mahasiswa D III dan D IV kebidanan, mahasiswa kedokteran, keperawatan, gizi, tenaga kesehatan, serta peserta umum lainnya dari Kota Palu, Kabupaten Poso, Morowali, Tojo Una-Una, Banggai, Parigi Moutong, Donggala dan Sigi. (YAMIN)
Komentar