Pakar Tsunami Sebut Gempa M 8,8 Berpotensi Terjadi di Selatan Jawa

JOGJAKARTA – Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko memperkirakan gempa megathrust dengan magnitudo 8,8 berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa. Gempa itu bisa menyebabkan timbulnya gelombang tsunami dengan ketinggian 20 meter di sepanjang pantai tersebut.

“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” kata Widjo di Yogyakarta, Rabu (17/7/2019).

Gempa dengan magnitudo cukup besar tersebut juga berpotensi menyebabkan munculnya gelombang tsunami. Berdasarkan permodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian 20 meter dengan jarak rendaman sekitar 3 hingga 4 kilometer. Gelombang tsunami akan tiba dalam waktu sekitar 30 menit usai terjadi gempa besar.

“Jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membutuhkan waktu lima menit sejak gempa untuk menyampaikan peringatan dini, maka masyarakat hanya memiliki waktu sekitar 25 menit untuk melakukan evakuasi atau tindakan antisipasi lain,” katanya seperti dikutip iNews dari Antara.

Daerah yang berpotensi terkena dampak gelombang tsunami jika terjadi gempa megathrust di selatan Jawa khususnya di selatan DIY cukup panjang, yaitu dari Cilacap hingga ke Jawa Timur.

Berdasarkan catatan, gempa besar di selatan Pulau Jawa yang menimbulkan gelombang tsunami pernah terjadi pada 1994 di Banyuwangi dengan magnitudo 7 dan pada 2006 yang menyebabkan tsunami di Pangandaran akibat gempa bermagnitudo 6,8.

“Untuk gempa 1994, tidak ada catatan terjadi tsunami di DIY. Tetapi pada 2006 ada catatan terjadi tsunami di selatan DIY tetapi jangkauannya tidak melebihi Gumuk Pasir di Parang Kusumo,” katanya.

Meskipun demikian, berdasarkan penelitian yang dilakukan, diyakini pernah terjadi gempa megathrust di selatan Pulau Jawa dengan magnitudo 9. “Umur radioaktif dari unsur-unsur yang kami temukan di Lebak Banten dan Bali memiliki umur yang sama. Artinya, pernah ada tsunami di selatan Jawa yang disebabkan gempa dengan magnitudo besar,” katanya.

Sementara itu, Supervisor Pusat Gempa Regional VII BMKG DIY Nugroho Budi Wibowo mengatakan BMKG akan mengeluarkan peringatan dini terjadi tsunami usai gempa besar. Peringatan dini disampaikan dalam empat tahap.

Informasi awal yang disampaikan hanya berisi parameter gempa dan dilanjutkan peringatan dini kedua yang sudah dilengkapi dengan estimasi waktu tiba tsunami sesuai permodelan yang dilakukan.

“Biasanya, peringatan dini kedua kami sampaikan dalam waktu kurang dari 10 menit usai gempa atau tergantung update sinyal yang masuk ke sistem,” katanya.

Sementara peringatan dini ketiga disampaikan dalam waktu hingga 60 menit sejak gempa dan peringatan dini keempat digunakan untuk mengakhiri informasi yang disampaikan ke masyarakat.

Budi mengatakan, berdasarkan pemantauan, kejadian gempa di selatan Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, jumlah gempa dengan magnitudo kurang dari 5 terjadi sebanyak 15-30 kali setiap bulan.

“Kami memang hanya memantau gempa dengan magnitudo hingga 5. Gempa dengan magnitudo lebih besar menjadi tanggung jawab Pusat Gempa Nasional. Jumlah kejadiannya pun masih normal. Tidak ada anomali aktivitas gempa di selatan Jawa dalam beberapa bulan terakhir,” katanya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY Biworo Yuswantono menyebutkan, untuk menghadapi potensi tsunami, pihaknya sudah mempersiapkan strategi.

“Tahun ini kami menggelar ‘table top exercise’ (TTX) untuk penanganan darurat. Tujuannya untuk memastikan, seluruh pihak terkait mengetahui peran masing-masing. Harapannya, ada peningkatan kapasitas untuk penanganan bencana,” katanya. [***]

Komentar