Jejak Tsunami 1674 di Pulau Ambon Terungkap
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menemukan bukti penting terkait tsunami besar yang melanda Pulau Ambon pada 1674. Penelitian dilakukan di wilayah Hila dan Leibelehu, yang menunjukkan adanya endapan tsunami dan perubahan morfologi akibat longsoran daratan ke laut.
Penelitian ini dilatarbelakangi catatan sejarah tsunami setinggi 80-100 meter yang tercatat dalam katalog Soloviev dan Ch.N.Go (1974), kemudian diperbarui oleh Badan Geologi (2023). Penelitian mengungkap bahwa tsunami tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh longsoran massa daratan yang sangat besar.
- Bukti di Leibelehu dan Seith
Di Leibelehu, ditemukan tebing curam setinggi 7 meter, serta sisa-sisa perkampungan Wasilla yang disebut penduduk jatuh ke laut. Saat laut surut, ujung bangunan masjid lama terlihat menyembul ke permukaan laut. Tim penggalian menemukan pecahan porselen, gerabah, dan terumbu karang di kedalaman 30–90 cm, yang menunjukkan adanya genangan tsunami.
Perubahan morfologi pantai di sekitar Seith, termasuk tebing-tebing curam dan pepohonan dengan akar menggantung, memperkuat dugaan bahwa longsoran besar memicu tsunami setinggi 80 meter.
- Temuan di Hila
Penggalian di Benteng Amsterdam, Hila, menunjukkan jejak tsunami yang masih terjaga. Endapan material seperti pasir, kerikil, dan fragmen laut menunjukkan adanya tiga lapisan yang diduga hasil genangan tsunami berbeda. Penemuan fosil gastropoda laut, pecahan porselen, dan benda aktivitas manusia pada berbagai kedalaman memperkuat temuan tersebut.
Lapisan-lapisan sedimen yang ditemukan menggambarkan adanya peristiwa tsunami besar yang pernah melanda Hila, dengan dampak sedimen yang menunjukkan genangan air meluas hingga mengubur struktur bangunan di lokasi tersebut.
- Pentingnya Mitigasi
Penelitian ini menjadi pengingat akan potensi tsunami di masa depan. Kemiringan curam di daratan dan laut sekitar Pulau Ambon meningkatkan risiko longsoran serupa. Oleh karena itu, edukasi dini, penyediaan sarana mitigasi, serta perencanaan tata ruang yang baik sangat diperlukan untuk mengurangi dampak bencana.
Pengetahuan tentang bencana masa lalu ini diharapkan dapat membantu meminimalkan risiko di masa yang akan datang melalui persiapan yang lebih baik.
Sumber: PVMBG I Editor: Rifai