JAKARTA – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan data terbaru jumlah korban akibat gempa di Banten dan Lampung. Data itu berdasarkan informasi yang masuk hingga pukul 13.00 WIB.

“Total jumlah korban meninggal 168 orang,” kata Sutopo dilansir dari Merdeka.com, Minggu (23/12).

Menurut Sutopo, sebanyak 745 orang terluka dan 30 orang lainnya hilang. “Korban meninggal paling banyak di Pandeglang,” katanya.

Akibat bencana ini, hotel dan rumah-rumah roboh di dua daerah tersebut roboh. Kerusakan tidak hanya terjadi di Banten melainkan juga di Lampung Selatan. Sejumlah warga juga sudah mengungsi.

Perlu diketahui inilah 4 penyebab utama tsunami yang paling sering terjadi!

  1. Gempa di bawah dasar laut

Gempa bawah laut yang kuat lah yang menjadi faktor penyebab paling sering terjadinya tsunami. Para Seismolog mengetakan bahwa hanya gempa di atas 7 Skala Richter (SR) yang dapat menghasilkan tsunami besar. Dalam hal ini, gempa di bawah laut secara umum bisa disebabkan oleh banyak hal. Yang berpotensi besar menghasilkan tsunami adalah gempa akibat pergeseran lempeng, yang akan kita bahas lebih lanjut.

Banyak orang meyakini bahwa tsunami adalah gelombang tunggal, padahal (biasanya) jelas tidak. Tsunami merupakan sederetan gelombang, atau ibaratnya seperti kereta dengan banyak gerbong yang saling bersusulan. Gelombang besar akan mulai melaju duluan diikuti dengan gelombang yang lebih besar di belakangnya. Sebagian besar kejadian tsunami, garis pantai dihantam oleh gelombang besar berulang-ulang.

  1. Pergeseran lempeng yang terjadi di dasar laut

Hampir sama dengan poin nomor 1, hanya saja faktor penyebab yang ini memang murni karena pergeseran lempeng. Sebagian besar gempa bumi yang menghasilkan tsunami terjadi di daerah yang disebut zona subduksi, di mana potongan-potongan kerak bumi saling menekan. Subduksi berarti bahwa satu lempeng tektonik meluncur di bawah yang lain dan tenggelam jauh ke dalam mantel Bumi.

Gesekan antara dua lempeng yang bergerak lambat di kerak bumi menciptakan energi seismik dalam jumlah besar, yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Ketika gempa bawah laut yang kuat menyerang di bawah dasar laut, kejadian ini dapat mendorong salah satu lempeng besar kerak bumi secara mendadak. Hal ini bisa tiba-tiba memindahkan sejumlah besar air laut yang akhirnya menjadi tsunami, menyebar ke segala arah dari pusat gempa. Seperti riak di kolam, hanya dalam skala yang jauh lebih besar.

  1. Erupsi vulkanis yang terjadi di sekitar laut

Meskipun relatif jarang terjadi, letusan gunung berapi yang keras juga merupakan gangguan impulsif, yang dapat “mempermainkan” volume air dalam jumlah besar kemudian menghasilkan gelombang tsunami, yang sangat merusak di daerah sumber langsung. Dalam mekanisme ini, gelombang dapat dihasilkan oleh perpindahan tiba-tiba air yang disebabkan oleh ledakan gunung berapi, oleh hancurnya lereng gunung berapi, atau lebih mungkin oleh ledakan phreatomagmatic dan runtuhnya ruang magmatik vulkanik.