Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]

Maha besar Allah dengan segala firman-NYA. Firman Allah diatas membuka mata batin kita bahwa Hidayah memang hadir tanpa diduga. Ia semata pemberian Allah SWT yang sangat misterius tanpa bisa diprediksi kapan datangnya dan apa penyebab atau pemicunya.

jika hidayah-NYA sudah berlaku, maka tiada satupun mahluk di jagad raya ini yang bisa menghalanginya.

Jalan menuju Ridha-NYA pernah diberlakukan kepada 46 Kepala Keluarga (KK) yang ada di Desa Wanasari Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una (Touna). Penganut animisme di pedalaman Dataran Bulan ini memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat, akhir tahun lalu.

Kini, nikmat Islam kembali berlaku pada 96 warga pedalaman dari Suku Wana  yang ada di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Tojo Una-Una. Mereka secara massal mengucap dua kalimat syahadat. Dengan perantaraan Front Pembela Islam (FPI) Cabang Poso, melibatkan unsur Pemkab dan MUI, prosesi pengucapan lafadz suci itu digelar terbuka di alun-alun Sintuwu Maroso Poso, Ahad (04/02), disaksikan ribuan orang.

Puluhan warga ini seirama mengucap dua kalimat syahadat dibawah bimbingan Ketua DPP FPI, Uztadz Shabri Lubis yang didampingi Ketua DPD FPI Poso, Sugianto Kaimuddin.

Sebelumnya, 96 warga, mulai balita hingga dewasa itu masih menganut kepercayaan animisme.

Proses mengubah kepercayaan itu tidaklah mudah dan singkat. Para da’i FPI harus berhadapan dengan masyarakat yang sama sekali tidak mengenal agama, bahkan tak mengerti Bahasa Indonesia.

Menurut Ketua DPD FPI Kabupaten Poso, Sugianto Kaimuddin, sebelum diyakinkan masuk Islam, pihaknya selama berbulan-bulan telah melakukan dakwah di beberapa lokasi pedalaman, di tengah hutan belantara.

“Sebelum mereka siap masuk Islam, tim dakwah FPI tinggal bersama mereka untuk memberikan ceramah agama. Karena mereka tidak mengerti bahasa Indonesia, maka kita melibatkan warga setempat yang mengerti bahasa Suku Wana,” ungkap Sugianto.