Harapan Baru Penderita Hepatitis & Sirosis di Indonesia

SEBELUM 2010, penderita hepatitis dan sirosis di Indonesia harus menerima nasib menjalani transplantasi hati di luar negeri. Keterbatasan alat dan teknologi membuat proses pengobatan itu tak bisa dilakukan di Tanah Air.

Namun, teknologi yang sebetulnya sudah ada sejak era 60-an ini, mulai dibawa ke Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Bedah Digestif, Toar J.M. Lalisang.

“Awalnya kami hanya menangani satu sampai dua pasien dari 2010-2014. Namun, sejak 2015 jumlah pasien meningkat pesat hingga 47 pasien dengan angka ketahanan hidup sebesar 87 persen,” ujar Toar di RSCM, Senin 7 Mei 2018.

Toar mengatakan tindakan transplantasi sangat penting bagi pasien hepatitis kronis yang mengacu pada sirosis atau gagal hati.

“Sebelum kronis, penyakit ini bisa dilihat dari gejalanya seperti kulit dan mata berwarna kuning, perut buncit, muntah hingga hilang kesadaran,” tuturnya.

Jika kanker diukur berdasarkan stadium 1 sampai 4, sirosis diukur dengan skala ‘meld score’. Tingkat yang paling parah adalah mencapai angka 30.

“Sang pasien sudah tidak boleh ditransplantasi lagi karena kondisi hatinya sudah sangat lemah untuk dioperasi,” katanya.

Proses Transplantasi

Terlepas dari kriteria operasi yang harus dipenuhi, tindakan transplantasi hati tergolong sangat aman bagi pendonor dan resipien (penderita). Bahkan bisa beraktivitas setelah dua minggu transplatasi.

” Pendonor dan recipient akan di-screening selama 1-3 bulan. Baru bisa dioperasi. Setelah itu, rata-rata recipient merasa lebih sehat karena fungsi hatinya sudah normal,” imbuhnya.

Sebelum dioperasi, pendonor dan recipient akan diperiksa golongan darah, fungsi hati dan organ lainnya. Setelah lolos, akan di-CT scan, MRI dan biopsi.

Walaupun proses transplantasi terbilang aman dan tidak memiliki efek samping, resipien harus rutin mengonsumsi obat berdosis aman. Pendonor pun harus menjaga fungsi hati agar terhindar dari hepatitis, sirosis maupun fatty liver.

“Tetap minum obat, karena imunitas kita akan menolak organ asing. Dan organ transplan tetap terhitung sebagai benda asing. Makanya, mengonsumsi Imuno supresan agar imunnya tidak merusak organ”. Source: Dream
[related-content]

Komentar

Masih Hangat