Di tengah semangat pemerintah mewujudkan swasembada pangan, petani di Kecamatan Lambunu, Kabupaten Parigi Moutong, justru dihadapkan pada masalah klasik yang tak kunjung selesai. Air irigasi keruh akibat dugaan aktivitas tambang ilegal di wilayah hulu.

Mulyana, petani di Dako, mengungkapkan, bahwa kondisi ini sudah berlangsung sejak lama, namun makin parah belakangan ini.

“Sejak musim tanam, air selalu keruh. Kadang-kadang memang agak jernih, tapi itu jarang. Dulu sebelum ada tambang, air kami bersih,” keluhnya.

Ia bukan satu-satunya. Arya, petani lainnya, menilai kondisi air seperti ini bukan hanya menyulitkan, tapi juga mengancam hasil panen.

“Air harus bersih kalau mau padi tumbuh baik. Kalau memang ada tambang ilegal, ya harus dihentikan. Kami di sini yang kena dampaknya,” tegas Arya.

Keresahan mereka bukan tanpa alasan. Di banyak tempat, air keruh dari tambang telah terbukti mengganggu produktivitas lahan pertanian. Padi tumbuh kerdil, tidak subur, dan rentan gagal panen. Tofan, yang mengelola sawah di wilayah PD Satu Kanan, merasakan dampaknya langsung.

“Tanaman jadi kerdil. Nggak subur. Padahal kami sudah kerja keras, tapi kalau air seperti ini, percuma juga,” ujarnya.

Ia menambahkan, bahwa petugas irigasi sebenarnya sudah bekerja maksimal. Masalahnya bukan di saluran, tapi di hulu, tempat alat berat disebut-sebut terus beroperasi.

Informasi dari warga dihimpun tim media, menyebutkan, sedikitnya 10 alat berat sedang beroperasi di berbagai titik seperti Duyung, Panta Kapal, Gurintang, Cabang 2, Watalemo, dan Kuala Raja. Semuanya diduga terlibat dalam aktivitas pertambangan tanpa izin yang merusak sumber air utama petani.

Ironisnya, hal ini terjadi di saat pemerintah pusat melalui Presiden Prabowo Subianto tengah mengampanyekan pentingnya ketahanan dan swasembada pangan.

Namun, suara petani di lapangan justru menggambarkan realita yang kontradiktif. Mereka ingin bertani, tetapi dihambat oleh kekeruhan air.

“Kalau air tetap begini terus, bagaimana mau swasembada?” tanya Arya, menggambarkan frustrasi para petani yang mulai kehilangan harapan.

Petani meminta agar pemerintah, baik daerah maupun pusat, turun tangan menghentikan tambang ilegal yang diduga menjadi biang kerok masalah ini. Bagi mereka, kembalinya air bersih bukan soal pilihan, melainkan kebutuhan dasar untuk tetap bertani dan hidup.***