Tahukah Kalian, jika musim kemarau 2023 ini lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya loh. Hal ini disebabkan adanya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di samudra.

APA ITU EL NINO? El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi pada Samudra Pasifik di bagian tengah dan timur. Pemanasan Suhu Muka Laut (SML) ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur. El Nino sendiri mengalami periode ulang 4-7 tahun.

APA ITU IOD? IOD adalah fenomena penyimpangan Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Hindia. Penyimpangan Suhu Muka Laut ini dapat menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara. Pada kondisi IOD positif, Suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat sedangkan Suhu muka laut di Samudra Hindia bagian timur mendingin. Kondisi IOD positif menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia.

Fenomena ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai level sedang, sementara IOD sudah memasuki level indeks yang positif.

Fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau 2023 menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pertanian adalah sektor yang mengalami dampak paling serius akibat Perubahan iklim ini.

Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara, katanya, menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

“Dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam,” ungkapnya seperti dilansir dari laman BMKG, Selasa 1 Agustus 2023.

Dwikorita menyampaikan, sebagai ujung tombak pertanian, maka petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya.

“Dengan mengetahui lebih dini, petani dapat melakukan perencanaan mulai dari penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, pengelolaan air, dan lain sebagainya,” katanya.

Dwikorita menjelaskan, bahwa fenomena El Nino dan IOD Positif yang terjadi membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, kata dia, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

“Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022,” terangnya.

Untuk mengurangi dampak tersebut, BMKG mengajak kepada masyarakat agar mulai mengirit penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari, serta menampung hujan yang masih mungkin turun sebagai cadangan air.