Desa Pulu Akan Jadi Percontohan Agroforestry Berbasis Komunitas
SIGI – Desa Pulu Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi akan menjadi areal percontohan pengembangan Agroforestry (Wana Tani). Hal itu disampaikan oleh pihak Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah XII Palu, pada saat kunjungan tapak di Desa Pulu pada Jumat (21/5).
Kepala Seksi Perencanaan Dan Pengelolaan Hutan Produksi BPHP Wilayah XII Palu; Plaghelmo Seran menyampaikan hal itu dihadapan Kepala Desa Pulu, ketika berada di lokasi air panas Kaliali Desa Pulu.
“Lanskap Desa Pulu sangat kompleks dan juga indah, mulai dari pegunungan, hutan, padang savana, air panas, sungai dan lahan pertanian, sangat cocok untuk pengembangan Agroforestry”, ujar pria yang akrab disapa dengan sebutan Pak Elmo.
Sementara itu, staf lainnya dari BPHP Wilayah XII Palu, Ikhwanul Ihsan memperkirakan luas areal yang dapat dikembangkan sebagai percontohan Agroforestry seluas 10 hektar.
“Mungkin seluas 10 hektar dapat kita kembangkan di daerah ini untuk Agroforestry”, ujar pria yang kerap disapa Pak Inul.
Dalam pengembangan Agroforestry di suatu tempat, memaksimalkan tanaman lokal juga bisa dilakukan sembari memadukannya dengan tanaman dari luar. Campuran antara tanaman kayu seperti Nantu, Palapi dan Jabon dipadukan dengan tanaman kebun seperti Kemiri, Mangga, Durian, Langsat dan lainnya akan sangat bermanfaat bagi warga setempat.
Yayasan Ekologi Nusantara Lestari (EKONESIA) yang sejak dua tahun terakhir berinteraksi dengan warga setempat, berharap rencana pengembangan Agroforestry benar-benar dapat diwujudkan.
“Agroforestry berbasis komunitas sangat baik untuk pemulihan sosial, ekonomi dan lingkungan pasca bencana, juga sangat tepat sebagai pendekatan mitigasi bencana di daerah yang punya risiko bencana tinggi seperti Pulu”, tutur Azmi Sirajuddin.
Pihak BPHP Wilayah XII Palu bertekad bahwa dalam rangka pengembangan Agroforestry di Desa Pulu, aspek partisipasi masyarakat akan lebih dikedepankan. Karena sudah saatnya masyarakat menjadi subjek dalam setiap aktivitas pembangunan. Apalagi yang paling memahami karakter wilayahnya ialah masyarakat itu sendiri.
Kepala Desa Pulu, Salman menyatakan bahwa pemerintah desa akan mendukung segala upaya positif dari berbagai pihak untuk pengembangan potensi lokal di wilayahnya.
“Pemerintah desa siap mendukung secara kebijakan setempat untuk berbagai inisiatif yang bermanfaat bagi desa kami”, ujar Kades Pulu.
Manfaat lain dari keberadaan Agroforestry di suaru wilayah adalah kontribusi untuk pengurangan emisi gas rumah kaca. Keberadaan tegakan pohon dan vegetasi lainnya yang tumbuh di lokasi Agroforestry akan menjadi penyerap emisi, sekaligus juga dapat menjadi potensi stok karbon jika areal tersebut dapat dipertahankan keberadaannya secara berkelanjutan.
Apalagi Indonesia sebagai negara tropis dunia punya komitmen global memangkas emisinya. Dengan target 29% melalui upaya mandiri (BAU), serta target 41% dengan dukungan global. Sehingga Indonesia kedepannya bisa menjadi bahagjan dari gerakan global menurunkan suhu muka bumi di bawah 2 derajat menjelang tahun 2030. Secara khusus pula, Sulawesi Tengah punya komitmen regional berkontribusi 3% pemangkasan emisi gas rumah kaca dari rata-rata target nasional.
Repotter: YP