Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatatkan satu emisi obligasi baru selama periode perdagangan sepekan, 19—23 Mei 2025. Adalah Obligasi Berkelanjutan III Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tahap III Tahun 2025 yang resmi masuk papan perdagangan BEI pada Kamis (22/5) dengan nilai pokok fantastis mencapai Rp1,38 triliun.

Obligasi yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tbk ini memperoleh peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), dengan PT Bank BJB ditunjuk sebagai Wali Amanat. Pencatatan ini menjadikan total emisi obligasi dan sukuk tahun 2025 mencapai 45 emisi dari 31 emiten dengan nilai Rp58,74 triliun.

Secara keseluruhan, Bursa kini mencatat 606 emisi obligasi dan sukuk dari 133 emiten dengan total nilai nominal outstanding Rp489,02 triliun dan USD107,92 juta. Di sisi lain, Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat mencapai 193 seri senilai Rp6.312,24 triliun dan USD502,10 juta. BEI juga menampung tujuh emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp2,26 triliun.

Namun, dari sisi perdagangan saham, data mingguan menunjukkan dinamika yang beragam. Kapitalisasi pasar mencatat kenaikan signifikan 1,97% ke angka Rp12.561 triliun, naik dari Rp12.318 triliun sepekan sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat 1,51%, ditutup pada level 7.214,163 dibanding 7.106,526 pada pekan lalu.

Meski demikian, indikator lain justru melemah. Frekuensi transaksi harian turun 4,46% menjadi 1,36 juta transaksi per hari, sementara rata-rata nilai transaksi harian merosot 12,51% menjadi Rp14,52 triliun dari sebelumnya Rp16,59 triliun. Volume transaksi juga anjlok 24,15%, dari 30,02 miliar saham ke 22,78 miliar lembar.

Investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp589,43 miliar pada hari terakhir pekan ini. Namun, secara kumulatif sepanjang tahun 2025, asing tercatat melakukan aksi jual bersih hingga Rp46,66 triliun.

Tren ini menunjukkan bahwa meski pasar modal Indonesia masih mampu menarik dana melalui obligasi dan menunjukkan perbaikan dalam IHSG dan kapitalisasi pasar, minat transaksi investor belum sepenuhnya pulih. Evaluasi menyeluruh terhadap likuiditas dan minat pasar menjadi krusial untuk menjaga momentum positif yang sudah terbentuk.***