SULBAR, Infopena.com – Ramadhan (24 tahun) warga desa Randomayang, Sulawesi Barat, di ditelantarkan kedua orangtuanya hanya karena cacat fisik dan mengalami keterbelakangan mental.

Sudah tiga tahun lamanya Ramadhan yang akrabnya disapa Madan, tinggal di gubuk reog disalah satu perkebunan kelapa milik warga setempat.

Gubuk yang ditempatinya berkisar satu kilo meter dari jalan trans Sulawesi dan hanya berdinding papan seadanya, serta beratapkan daun rumbia yang sudah bocor.

Untuk tempat tidur pada malam hari, ia menggunakan ranjang bekas tanpa alas kasur dan menggunakan kelambu agar tidak disengat oleh nyamuk yang diterangi dengan pelita.

Sementara pada siang harinya, ia keliling mencari kelapa kering yang jatuh disekitar gubuknya setelah itu dijualnya kepada pengepul, meski kaki sebelah kirinya cacat dan membuatnya tertatih-tatih pada saat melangkah bahkan kadang membuatnya terjatuh.

Dalam bertutur kata pun terbata-bata dan pada saat ditanya kenapa dia tinggal di gubuk reog itu, ia pun menjawab dengan singkat “ada masalah orang tuaku lari” tutur Madan.

Namun tidak ditau masalah apa tengah dihadapi kedua orang tuanya sehingga anaknya ditinggal begitu saja yang diduga Ramadhan juga mengalami keterbelakangan mental.

Setiap harinya, Madhan hanya mengonsumsi Singkong dan Pisang yang diberikan oleh orang yang merasa iba melihatnya. Sementara untuk kebutuhan air bersih ia harus keluar dari gubuknya dengan berjalan kaki ke pemukiman yang jauh dari tempat tinggalnya sekarang.

“Hanya makan ubi sama pisang, kadang juga makan nasi nanti kalau ada orang kasi tapi jarang” ungkapnya.

Selama tiga tahun menghuni gubuk tanpa tetangga dan hanya mendengar suara ombak, baru satu kali Madan dikunjungi bapaknya yang sekarang menetap di Pantai Barat, Kab. Donggala, Prov. Sulteng.

Tapi kunjungan sang ayah tersebut tidak seperti yang diharapkannya, untuk kembali kumpul bersama keluarga dengan mengajak dirinya ke Pantai Barat, sehingga membuatnya kecewa.

“Tidak mau lagi saya ketemu dengan orang tuaku, saya sakit hati”

Berdasarkan keterangan beberapa masyarakat di Salunggaluku, bahwa keluarga Ramadhan adalah orang terpandang di desa Randomayang dan masih memiliki nenek kandung.

Abd. Kadir menuturkan, bahwa nenek Ramadhan adalah salah satu orang terkaya di Randomayang, tapi ia merasa heran cucu kandungnya tidak diperhatikan bahkan ditelantarkan.

“Saya baru tau sekitar satu bulan lalu kalau Madan tinggal di gubuk dekat laut itu dan ternyata sudah tiga tahun dia tinggal disana, tapi yang membuat saya heran dan tidak masuk akal kenapa keluarganya disini tidak mengambilnya, padahal neneknya itu salah satu orang kaya di Randomayang” terang Kadir. Sumber : Sulawesi Terkini