PALU – Provinsi Sulawesi Tengah mengampanyekan sebagai Negeri 1.000 Megalit. Tujuannya, agar kekayaan sejarah dan kebudayaan Sulteng menjadi kekuatan daya tarik penelitian ilmiah dunia, pariwisata dan politik kebudayaan di masa depan.
Sulteng, 20 tahun ke depan dicita-citakan bukan hanya sebagai ‘surga sumber daya alam mineral’ tetapi juga ‘surga bahari dunia’ dan ‘surga dunia pariwisata dan kebudayaan’ Demikian ditegaskan Gubernur Rusdy Mastura untuk disampaikan ke masyarakat, kalangan Pers dan masyarakat dunia.
‘’Sulteng adalah potongan kecil Surga yang jatuh di Bumi. Anda bisa melihat dan mengelola sumber daya alam mineral dari nikel, emas, bijih besi, tembaga, potensi air untuk listrik, bebatuan dan pasir. Ada sejarah manusia dibuktikan ribuan patung Megalit. Surga bahari dengan garis pantai yang panjang dan indahnya alam bawah laut. Sulteng masa depan Indonesia. Serpihan Surga jatuh di Negeri 1.000 Megalit,’’ terang Gubernur kepada Tenaga Ahli Gubernur Bidang Komunikasi Publik, Andono Wibisono, Selasa (20 Desember 2022).
Terkait dengan tagline Negeri 1.000 Megalit, gubernur tidak mau latah. Asal menyebut tanpa fakta otentik dan serius direncanakan. ‘’Kita mesti belajar dengan sejarah. Agar bijak, agar dunia mengetahui. Sulteng ini surga. 2023 kita semua akan memulai dengan gerak cepat,’’ tandas Cudi, sapaan akrab gubernur.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya mengejar arsip dan kekayaan sejarah hingga ke Negara Belanda. ‘’Saya sampaikan kejar dan cari arsip Sulteng. Olehnya Dikjar dan Staf Ahli saya perintahkan ke sana (Belanda),’’ ungkap gubernur.
LAPORAN DARI BELANDA
Staf Ahli gubernur DR Rohani Mastura melaporkan dari Den Haag 19 Desember 2022 bersama Kadis Dikjar Yudiawati Vidiana melakukan penulusuran arsip sejarah dan budaya Sulteng.
Di Schiphol Bandara Internasional Amsterdam Belanda dengan suhu tujuh derajat celsius rombongan langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dipandu oleh pendamping dari Arsip Nasional Republik Indonesia Jajang Nurjaman, S.Hum, MA diterima langsung oleh Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia (Embassy Of The Republic Of Indonesia) yang diwakili oleh Wakil Duta Besar/ Wakil Kepala Perwakilan Republik Indonesia, Freddy Panggabean didampingi Sekretaris I, Atu Indarto serta Andrea sebagai bagian dari unit Penerangan Sosial dan Budaya KBRI.
Tujuan penelusuran arsip ini telah melalui konsultasi penelusuran Arsip Sultengbyang belum ada di Arsip Nasional RI, membuat daftar penelusuran Arsip dan melakukan konsultasi awal sebelum berangkat ke Belanda dengan Arsiparis di National Archives of Netherlands dan Pustakawan di Leiden University Library.
Disamping berharap dapat menelusuri Arsip dari periode VOC hingga Pemerintahan Hindia Belanda, khususnya di Sulteng pada masa jaman kerajaan Suku Kaili di Lembah Palu, Donggala, Banggai, Buol, Poso, Morowali termasuk arsip kebencanaan yang pernah terjadi sebelum kemerdekaan sebagai siklus bencana yang terjadi tahun 2018 yang lalu dan sebagainya disamping penelusuran arsip bernilai budaya seperti dokumen atau arsip tentang cagar budaya atau 1000 situs megalitikum yang tersebar di Lembah Napu, Behoa dan Bada yang sudah ada sekitar 3000 tahun silam juga mengenai masuknya Agama Islam di Sulteng, masuknya Agama Kristen di Poso dan Bahasa Daerah Poso khususnya (Kamus Bare’e yang ditulis oleh Dr. Adriani berkebangsaan Belanda, Tari-tarian dan Pakaian Kulit kayu dan sebagainya.
Guna memperoleh semua arsip ini yang kemungkinan tersimpan arsipnya di Arsip Nasional Belanda dan Naskah Kunonya tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Komentar