PALU – Gempa yang mengguncang Palu, Donggala, Sigi dan sejumlah wilayah lain dan disertai tsunami itu kini meninggalkan sejumlah kisah.
Salah satunya adalah cerita mistis yang berkembang di masyarakat setempat.
Dalam cerita yang berkembang itu, disebutkan bahwa sejatinya sudah ada peringatan sehari sebelum gempa jelas Maghrib, Jumat 28 September 2018 itu.
‘Peringatan’ itu disebutkan datang dari tujuh orang tua yang bersamaan menumpang sebuah angkot.
Dilansir dari Pojoksatu.id Kamis, (11/10/2018), salah seorang tokoh masyarakat Palu, Badri Masyut Yutji (57) mengisahkan, dirinya mendengar cerita mistis yang dikisahkan seorang sopir angkot.
Ia menjelaskan, ia mendapat cerita itu hanya sehari sebelum gempa mengguncang.
Badri membeberkan, sang sopir angkot itu bercerita dirinya mendapat pengalaman aneh.
Saat itu, si sopir angkot mendapat tujuh penumpang orang tua.
“Katanya ketujuh orang tua itu berpenampilan aneh. Mereka berdebat sepanjang jalan di dalam angkot,” ujar Badri.
Sayangnya, kata dia, si sopir tak mengetahui persis apa yang sedang diperdebatkan oleh tujuh orang tua tersebut.
Pasalnya, selama berdebat, ketujuh orang tua itu berdialog dengan menggunakan Bahasa Unde (Bahasa Suku Kaili, penduduk asli Palu).
Tapi yang membuat sopir angkot itu terkejut adalah ketika ketujuh orang tua itu minta diturunkan di Jembatan Kuning Palu atau Jembatan Ponulele.
“Ketika turun itu, salah seorang dari mereka berpesan kepada si sopir. Katanya, Bo masadia mami komi maile (Nak, besok kalian siap-siap yah),” beber Badri.
Menurut Badri, ketujuh orang tua itu diduga berasal dari Kebun Kopi, sebuah daerah yang oleh warga Palu kerap menyebutnya sebagai Kota Hilang.
“Di daerah ini diyakini adanya sebuah kerajaan jin, beraktivitas layaknya manusia. tapi tak tampak secara kasat mata,”
“Mereka sesekali menampakkan diri dan hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatnya,” jelasnya.
Badri kemudian menjelaskan bahwa pesan dari ketujuh orang tua itu, mungkin ada kaitannya dengan bencana yang menelan korban ribuan orang itu.
“Yah, mungkin maksud pesannya itu meminta warga Palu bersiap menghadapi bencana yang maha dahsyat ini,” katanya.
Badri tidak menampik, kalau memang ada banyak kejadian aneh sebelum gempa dan tsunami Palu.
Misalnya, sore hari sebelum gempa terjadi ribuan burung terbang di atas langit kota Palu.
“Pokoknya sore itu memang langit jadi hitam karena banyak sekali burung beterbangan. Mereka seperti berkumpul di atas langit Kota Palu,” jelasnya.
Sebelumnya, sampai dengan Minggu (7/10/2018) pukul 17.00 WITA, jumlah korban tercatat nyaris mencapai 1.944 orang.
Kepala Penerangan Komando Tugas Gabungan Terpadu Sulawesi Tengah Kolonel Inf. Muh Thohir menjelaskan, 815 jenazah korban bencana dikubur secara massal di Poboya.
35 jenazah dikubur massal di Pantoloan, dan 1.059 jenazah telah dimakamkan oleh keluarga masing-masing.
Cari Aman
Selain itu ada 35 jenazah korban yang dimakamkan di Donggala dan delapan jenazah yang dimakamkan di Biromaru, Kabupaten Sigi.
“Sementara jumlah korban luka-luka tercatat 2.549 orang, korban hilang 683 orang, dan jumlah pengungsi 74.444 orang. Bencana juga menyebabkan 65.733 rumah rusak,” kata Thohir seperti dilansir Antara, Minggu (8/10).
Thohir, yang juga Kepala Penerangan Kodam XIII/Merdeka menjelaskan pihaknya berhasil mengevakuasi 20 mayat di Kelurahan Petobo, salah satu wilayah yang menjadi terisolir akibat gempa.
Sumber: Pojoksatu.id
Komentar