PALU – Proses pembangunan rumah pasca bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berlangsung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sampai dengan Minggu (8/3/2020), rumah yang telah selesai di Sulteng mencapai 2.506 unit atau sekitar 55,42%.
Sedangkan di NTB yang dilanda gempa bumi pada 5 Agustus 2018 atau satu bulan sebelum bencana di Sulteng, kini sudah mencapai 167 ribu rumah yang sudah terbangun.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis, Senin 9 Maret 2020, mengatakan, pembangunan rumah di Sulteng tersebar di Kota Palu sejumlah 943 unit, Kabupaten Sigi 924, Donggala 214 dan Parigi Moutong 425.
Total target pembangunan rumah di Sulteng mencapai 4.522, dengan rincian Palu 1.594, Sigi 1.602, Donggala 899 dan Parigi Moutong 427.
Distribusi pembangunan rumah ini dilakukan di kawasan rumah warga sebelumnya (insitu) dan juga kawasan relokasi. Total biaya yang diberikan untuk pembangunan target rumah tersebut mencapai Rp 235,5 miliar.
Proses rehab-rekon rumah dilakukan dengan beberapa jenis atau tipe rumah seperti di NTB. Pascagempa Sulteng, warga ada yang membangun rumah dengan tipe risha, riko, rika dan risma. Sebagian besar warga memiliki rumahnya dibangun kembali dengan jenis riko 3.659 unit, risha 694, rika 127 dan risma 42.
Sementara itu, pembangunan rumah insitu dan relokasi di Kota Palu dikerjakan melalui sinergi multipihak. Di bawah koordinasi pemerintah daerah setempat, beberapa lembaga, seperti Budha Tzu-Chi, AHA Centre, Arkom maupun pemerintah daerah tetangga, seperti Pemerintah Kota Surabaya menyumbang dalam proses rehab-rekon ini.
Pemulihan ini dilakukan setelah gempa berkekuatan 7,4 mengguncang Provinsi Sulawesi Tengah. Gempa waktu itu, 28 September 2018, pukul 18.02 wita, tidak hanya memicu terjadinya goncangan tetapi tsunami dan likuefaksi di beberapa titik, seperti Petobo, Balaroa dan Jono Oge. Data BNPB per 5 Februari 2019 mencatat korban meninggal mencapai 4.340 jiwa dan luka-luka 4.438. Total dampak kerugian akibat bencana ini mencapai Rp 2,89 trilyun dan kerusakan Rp 15,58 triliun.
167 Ribu Rumah di NTB
Jika di Sulteng baru sekitar 2 ribu lebih rumah, maka di NTB kini lebih dari 167 ribu rumah yang telah selesai dibangun untuk warga yang terdampak gempa. Sekitar lebih 41 ribu masih dalam proses pengerjaan sampai dengan Minggu (8/3).
BPBD Provinsi NTB mencatat 167.873 unit rumah telah selesai dibangun, dengan rincian rumah yang dulunya rusak berat (RB) 52.854 unit, rusak sedang (RS) 26.143 dan rusak ringan (RR) 88.876; sedangkan rumah dalam pengerjaan berjumlah 41.390 unit dengan rincian rumah yang dulunya RB 19.902 unit, RS 5.435 dan RR 16.053.
Proses pengerjaan rumah ini melalui mekanisme kelompok masyarakat (pokmas) yang dibantu tenaga fasilitator. Pokmas mencapai 11.502 kelompok, sedangkan tenaga fasilitator mencapai 2.330 personel, yang terdiri dari TNI, Polri dan sipil.
Pembangunan rumah ini memakai beberapa teknik yang berbeda, seperti rumah instan struktur baja (risba), rumah instan sederhana sehat (risha), rumah instan konvensional (riko) atau rumah instan kayu (rika).
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab-rekon) Lombok dan sekitar dilakukan pascagempa NTB dengan magnitudo 7,0. Gempa yang terjadi pada 5 Agustus 2018 lalu ini mengakibatkan lebih ratusan ribu rumah rusak. Total korban jiwa meninggal mencapai 564 jiwa dan luka-luka 1.886. [***]
Komentar