MEDAN – Ratusan bangkai babi yang mengapung di Danau Siombak, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara, Senin siang, 11 November 2019. Bangkai babi yang telah membusuk itu menimbulkan bau menyengat. Dari 1,2 juta populasi babi yang ada di Sumatera Utara, sebanyak 4.682 ekor telah mati akibat wabah hog cholera dalam beberapa waktu terakhir.
Babi-babi yang mati karena wabah itu ditemukan di belasan kabupaten/kota seperti Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.
Melansir Acehtrend dikutip dari CNN Indonesia, Senin (11/11/2019), Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, telah mengimbau para kepala daerah agar bertindak cepat mengantisipasi semakin meluasnya wabah tersebut.
“Dilarang membuang ternak babi yang mati ke sungai atau ke hutan dan segera menguburnya. PPNS kita akan bekerja sama dengan kepolisian siap menindak siapa saja yang melanggarnya,” ujar Edy.
Virus ini pertama kali ditemukan pada 25 September 2019. Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahid, menyebutkan bahwa virus itu hanya menular dari babi ke babi. Tidak pada ternak lain atau pada manusia.
“Sampai saat ini virus tersebut hanya dari babi ke babi, belum ada laporan bisa menginfeksi ternak lain, namun dengan adanya pembuangan bangkai babi ke sungai maka akan terjadi pencemaran air, yang bisa menimbulkan penyakit diare, namun saat ini juga belum ditemukan kasus karena pencemaran air tersebut,” katanya.
Ia juga mengharapkan agar bangkai yang telah dibuang ke sungai atau pun hutan agar segera dievakuasi.
“Kami pun berharap agar bangkai babi ini segera dievakuasi dari sungai sehingga air aliran sungai tidak tercemari lagi, dan kemudian mengubur bangkai tersebut, sehingga wabahnya tidak menimbulkan penyakit lain,” tambahnya.
Ratusan bangkai babi itu diduga dibuang oleh oknum tidak bertanggung jawab dengan menggunakan truk?. Kini, aparat kepolisian dan kecamatan memburu pelakunya.
“Tapi dugaan kita itu dibuang pakai truk. Tapi, kita menduga kuat dari luar (Kota Medan) dibuang ke situ. Kalau enggak itu bisa dari atas, mengalir ke sini,” ujar Camat Medan Marelan, M. Yunus dikutip dari VIVAnews, Rabu, 6 Nopember 2019. [***]
Komentar