Proyek Penanganan longsor Ruas Kebun Kopi – Nupabomba Terancam Gagal

Proyek penanganan longsor ruas Kebun Kopi – Nupabomba tepatnya diantara kilometer 37 dan 38 dengan nilai anggaran Rp39.929.616.000 diduga gagal konstruksi karena mengalami amblas dan tiang pancang patah, padahal proyek itu baru selesai dikerja kira – kira tujuh bulan lalu.

Pantauan langsung di lokasi pada Minggu (03/11/2024), beton penahan longsor bahwa jalan yang seharusnya berfungsi menahan longsoran jika terjadi hujan, malah amblas dan beberapa tiang pancangnya patah, sehingga mengakibatkan jalan menyempit karena nyaris sebagian jalan ikut amblas karena tembok penahannya ambruk dan patah.

Proyek dengan nilai anggaran puluhan miliar ini, melekat di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balan Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sulteng yang dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II.

Proyek yang dikerjakan PT. Ganda Parade Konstruksi dengan nilai kontrak sebesar Rp33.9 Miliar ini, terkesan dikerjakan asal – asalan, sehingga hasil pemasangan tiang pancang dan tembok penahan lereng bawah ambruk sehingga mengakibatkan puluhan miliar anggaran terbuang karena proyeknya gagal.

Hasil investigasi tim media di lapangan, bangunan tembok dengan metode pemasangan tiang pancang diduga kurang dalam, sehingga berakibat pada kualitas pekerjaan yang hanya berusia kurang lebih tujuh bulan sudah ambruk.

Kepala BPJN Sulteng Dadi Murdadi yang dikonfirmasi mengatakan, bahwa proyek itu masih dalam masa konstruksi dan akan segera diperbaiki.

“Dalam masa konstruksi dan akan segera diperbaiki tsk,” ujar Dadi Murdadi menjawab konfirmasi tim media.

Namun saat ditanya kembali apakah dalam waktu tersisa dua bulan lagi sesuai kontrak, pekerjaan itu bisa selesai, Dadi Murdadi tidak menjawab lagi. Dia hanya meminta wartawan untuk menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Wilayah II yakni Nurhazna.

Begitupun saat ditanya progres pekerjaan hingga saat ini dan sudah berapa persen dibayarkan, Dadi Murdadi juga meminta wartawan untuk menghubungi PPK Nurhaznah.

“Maaf bisa langsung ke PPK nya pak lebih detail ya tks,” jawabnya sembari mengirimkan nomor PPK Nurhaznah.

Sementara itu PPK Nurhaznah yang dikonfirmasi malah bungkam dan tak memberikan tanggapan sama sekali, padahal chat yang berisi perintah dari Kepala BPJN Sulteng agar menghubungi dirinya sudah dikirimkan juga ke dia.

Namun sampai berita ini tayang, PPK Nurhaznah tetap bungkam dan tak memberikan respon sama sekali.

Deretan Proyek Penanganan Lereng 2016-2024

Dari penelusuran yang dilakukan, berikut adalah daftar proyek yang telah dilaksanakan sejak 2016 di sepanjang ruas jalan nasional Tawaeli – Nupabomba – Kebun Kopi – Toboli:

TA 2016-2018: Rekonstruksi dan penanganan lereng Kebun Kopi – Nupabomba – Toboli dengan nilai kontrak mencapai Rp123 miliar, dilaksanakan oleh PT Widya Sapta Contractor.

TA 2017-2018: Penanganan lereng Tawaeli – Nupabomba – Kebun Kopi – Toboli oleh PT Tunggal Mandiri Jaya, dengan nilai kontrak sekitar Rp74,6 miliar.

TA 2018: Penanganan lereng tambahan oleh PT Istaka Karya (Persero) senilai Rp122 miliar.

TA 2019: Penanganan longsoran lereng oleh PT Kurnia Mulia Mandiri senilai Rp34,9 miliar.

TA 2021-2023: Proyek preservasi jalan dan penanganan longsoran lereng pada berbagai ruas yang dilakukan oleh beberapa perusahaan konstruksi dengan total nilai kontrak mencapai puluhan miliar rupiah.

Meski berbagai proyek besar telah dilakukan, situasi terkini menunjukkan bahwa hasil pengerjaan ini masih rentan terhadap kerusakan, memperlihatkan adanya tantangan teknis dan potensi kegagalan konstruksi yang perlu dievaluasi lebih mendalam.

Proyek Penanganan Lereng Jalan: Proyek Abadi?

Deretan proyek yang dilaksanakan sejak 2016 hingga 2024 ini hampir menyerupai proyek berkelanjutan yang tidak kunjung selesai.

Dengan biaya yang mencapai hampir triliunan rupiah, hasilnya belum menunjukkan durabilitas yang diharapkan, bahkan cenderung menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas penggunaan anggaran tersebut.

Kondisi ini mendesak pihak terkait untuk melakukan evaluasi dan pemantauan lebih lanjut terhadap kualitas pengerjaan dan faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi.

Proyek ini memerlukan solusi yang lebih efektif agar infrastruktur jalan utama di Sulteng dapat terjaga keamanannya dan berfungsi optimal bagi masyarakat.