JAKARTA – Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, terhitung 21 hingga 27 September 2020 pasca banjir bandang yang melanda wilayah itu.
Seperti dilaporkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bersama TNI, Polri, Basarnas, dinas kabupaten terkait, sukarelawan dan masyarakat melakukan penanganan darurat di lokasi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD terus melakukan kaji cepat pasca bencana. Tim gabungan juga melaksanakan upaya darurat lainnya seperti pertolongan, penyelamatan, pencarian dan evakuasi.
Selain itu, Tim gabungan juga mendirikan dapur umum lapangan untuk melayani para penyintas. Mereka membagikan bahan baku makanan untuk diolah bersama. Operasional dapur umum ini dibantu oleh personel Polri dan sukarelawan.
“Di samping itu, pembersihan material banjir bandang telah dilakukan secara manual dan alat berat sepaket dengan dump truck untuk mengangkut material dan lumpur. Pemerintah daerah setempat mengerahkan 2 unit, milik Dinas PU Kabupaten Sukabumi 1 unit dan Kodim 1 unitunit,” Ujar Raditya dalam keterangan tertulisnya dikutip Rabu, 23 September 2020.
Sebelumnya diberitakan, banjir bandang yang melanda tiga kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Tiga warga dilaporkan hilang akibat terseret arus.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan, dari tiga warga yang hilang, dua diantaranya telah ditemukan oleh tim gabungan dalam kondisi meninggal dunia.
“Sedangkan satu lainnya masih dalam pencarian. Kemarin pagi (22/9), tim gabungan melakukan penyusuran wilayah di enam titik yang diperkirakan korban ditemukan”, ujarnya.
Tim gabungan kata Raditya, telah menyusun rencana lanjutan untuk mencari korban hilang dengan membentuk 12 tim dan perluasan titik pencarian. Sedangkan korban luka, 10 warga telah dirujuk di rumah sakit setempat.
Disebutkan, data sementara per Selasa (22/9), pukul 23.00 WIB, BPBD setempat mencatat tiga kecamatan terdampak dengan 11 desa dan 11 kampung.
Berikut ini dampak yang terjadi di setiap kecamatan, Kecamatan Cicurug (5 Desa, 5 Kampung) meliputi Desa Cisaat (Kampung Cipari), Pasawahan (Cibuntu), Cicurug (Aspol), Mekarsari (Kp. Nyangkowek dan Kp. Lio) dan Bangbayang (Perum Setia Budi)
Kecamatan Parungkuda (2 Desa, 2 Kampung), meliputi Desa Langensari (Kampung Bojong Astana) dan Kompa (Bantar).
Kecamatan Cidahu (4 Desa, 4 Kampung), antara lain Desa Babakanpari (Kamping Bojong astana), Podokkaso Tengah (Bantar), Jayabakti (Cibojong) dan Cidahu.
“Hingga tadi malam (22/9), total keluarga terdampak berjumlah 133 KK/431 jiwa, sedangkan sejumlah warga mengungsi ke saudara dan tetangga terdekat, ” Ujar Raditya Jati,
Sementara itu lanjutnya, kerusakan akibat banjir bandang yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB mencakup rumah rusak berat (RB) 47 unit, rusak sedang (RS) 41, rusak ringan (RR) 45, jembatan RB 5 dan TPT 1.
Raditya Jati, sebut, rumah RB di Kecamatan Cicurug sebanyak 36 unit, Cidahu 10 dan Parungkuda 1, sedangkan rumah RS di Kecamatan Cicurug 34 unit dan Cidahu 7 unit.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah mengaktifkan pos komando (posko) untuk penyelenggaraan penanganan darurat bencana. Posko yang berada di area parkir membentuk bidang yang dibutuhkan untuk penanganan seperti media center, ruang kerja, gudang logistik dan ruang rapat.
Sebelumnya diberitakan bahwa hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Citarik – Cipeuncit pada hari Senin (21/9), pukul 17.00 WIB, memicu banjir bandang di wilayah Sukabumi, Jawa Barat.
Sementara itu, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca wilayah Provinsi Jawa Barat untuk hari ini, 23 September 2020, masih berpotensi hujan dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Masyarakat diimbau selalu waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi seperti angin kencang atau angin puting beliung, banjir, banjir bandang dan tanah longsor. [***]
Komentar