Kisah Penjual Nasi Aking yang Naik Haji

BAGI setiap umat muslim tentu rindu untuk pergi ke rumah Allah di tanah suci dan menunaikan rukun Islam ke lima yakni naik haji. Dengan segala keterbatasan yang ada, tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk tetap bisa pergi ke tanah suci dan menikmati khusyuknya beribadah di sana.

Selama kita berdoa, berusaha, berikhtiar dan selalu sabar serta yakin untuk menunaikan ibadah haji, tidak ada yang tidak mungkin akan semua itu. Seperti halnya dengan apa yang dialami seorang nenek penjual nasi aking di Desa Boga, Nganjuk, Jawa Timur yakni nenek Tarijah (73) berikut ini.

Melansir dari laman merdeka.com, nenek Tarijah bukanlah seseorang yang berlimpah harta. Tapi dengan keimanan, keikhlasan dan kesabaran juga keyakinannya, ia akhirnya bisa berangkat ke tanah suci dan menunaikan ibadah haji tahun ini di sana.

“Saya sangat senang mengamalkan beberapa doa dan bacaan yang saya baca di buku-buku bekas yang saya jual di pasar,” ungkap nenek Tarijah.

Atas doa dan ikhtiarnya, nenek Tarijah yang sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi aking, buku bekas, kayu arang, bekatul, botol bekas dan koran bekas di pasar Wage Nganjuk ini akhirnya bisa berangkat ke tanah suci. Dalam sehari, nenek Tarijah akan membawa penghasilan sebesar Rp100 ribu. Itu pun kalau jualannya ramai diburu pembeli. Tidak jarang, nenek Tarijah pulang dengan tangan kosong tanpa sepeser pun penghasilan.

Meski begitu, nenek Tarijah tak pernah malas untuk menabung. Setiap hari, ia akan menyisihkan penghasilannya. Ia juga akan makan seadanya agar tetap bisa bisa menabung. Pada tahun 2010, uang tabungan nenek yang sudah menjadi selama 15 tahun ini akhirnya terkumpul sebanyak Rp20 juta.

Uang inilah yang dibuatnya untuk daftar haji. Ditambah Rp5 juta dari hutang ke saudara, nenek Tarijah pun daftar haji dan dijadwalkan berangkat ke tanah suci tahun ini. Sebelum benar-benar berangkat, nenek Tarijah sudah melunasi hutangnya yang Rp5 juta. Ia juga sudah mencukupi segala kebutuhan lainnya untuk berangkat ke tanah suci.

“Uangnya saat itu kurang Rp5 juta. Saya pinjam untuk menutup. Alhamdulillah, delapan tahun sampai saat ini, saya bisa bayar hutang itu dan memiliki biaya ongkos naik haji,” tambah nenek Tarijah.

Selama ini, tak hanya usaha sungguh-sungguh dengan susah payah menabung agar bisa naik haji, nenek Tarijah juga semangat berdoa. Ia bahkan selalu sabar dan ikhtiar untuk bisa berangkat ke tanah suci. Nenek Tarijah sendiri bergabung dengan Jemaah Calon Haji (JCH) kelompok terbang (kloter) 59 Kabupaten Nganjuk. Beliau masuk AHES Sukolilo pada Minggu (5/8). [***]

Komentar