Ghouta, Benteng Umat Islam di Akhir Zaman

DALAM beberapa hari belakangan ini, Ghouta kembali menjadi sorotan media internasional. Pasalnya, distrik yang terletak di pinggiran Damaskus itu hingga kini masih terus dihujani bom oleh pasukan rezim Suriah dan sekutunya.

Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lebih dari 500 penduduk sipil terbunuh dalam bombardir udara rezim Suriah yang dimulai sejak 18 Februari.

“Perlu dicatat bahwa sebelum ini [serangan darat] dimulai, telah terjadi bombardir keji di banyak tempat di Ghouta Timur, yang merupakan garis pertahanan kelompok oposisi,” kata Osama Bin Javaid dari Aljazeera, Ahad (25/02/2018).

Ghouta Timur merupakan wilayah kelompok oposisi terakhir yang berada di bawah kepungan rezim Assad sejak 2013. Secara geografis, Ghouta Timur berada di jarak 10 kilometer sebelah timur dari pusat kota Damaskus, ibu kota Suriah. Ghouta Timur merupakan rumah bagi sekitar 400 ribu warga sipil, yang setengahnya terdiri dari anak-anak. Sudah tujuh tahun lebih, wilayah ini telah menjadi basis perjuangan oposisi Suriah melawan tirani rezim Bassar Assad yang berkuasa.

Nubuwat Nabi, Ghouta Benteng Terakhir Kaum Muslimin

Selain dikenal sebagai wilayah yang makmur dengan hasil buminya, Ghouta juga termasuk salah satu kota yang disebut-sebut oleh Nabi sallallahu a’laihi wasallam sebagai benteng terakhir umat Islam di akhir zaman. Ia menjadi tempat perlindungan kaum muslimin ketika meletusnya perang di akhir zaman. Karena itu, dalam beberapa riwayat lain ketika menyebutkan keutamaan negeri Syam, secara spesifik Rasulullah sallallahu a’laihi wasallam menyatakan bahwa Ghouta merupakan kota terbaik di antara kota-kota yang ada di Damaskus.

Dalam riwayat Abu Darda’ disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ فُسْطَاطَ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَ الْمَلْحَمَةِ بِالْغُوطَةِ إِلَى جَانِبِ مَدِينَةٍ يُقَالُ لَهَا دِمَشْقُ مِنْ خَيْرِ مَدَائِنِ الشَّامِ

“Sesungguhnya benteng kaum muslimin di hari perang besar terjadi berada di Ghouta (nama sebuah daerah di Syam), berada di samping kota yang disebut Damaskus, Ia adalah kota terbaik yang ada di Syam.” (HR. Abu Dawud, no. 4298 dan Ahmad, no. 21725)

Riwayat ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahih Targhib Wa Tarhib no. 3097, 3/196. Demikian juga Imam Al-Hakim menyebutkan bahwa sanad perawi yang ada dalam hadis ini shahih.

Dalam Kitab ‘Aunul Ma’bud, Syaikh Muhammad Syamsul Haq Azim Abadi menjelaskan, “Maksud dari fustatul muslimin adalah benteng kaum muslimin digunakan sebagai tempat untuk melindungi diri–Aslinya adalah tempat naungan (kemah)—pada hari terjadinya perang besar (malhamah kubro) pada masa fitnah-fitnah yang akan datang.” (‘Aunul Ma’bud, 14/317)

Al-‘Alqami berkata, “Hadis ini menunjukkan keutamaan Damaskus dan masyarakat yang ada di dalamnya pada akhir zaman. Tempat tersebut adalah benteng dari segala fitnah. Di antara keutamaannya lebih dari sepuluh ribu sahabat nabi yang tinggal di daerah tersebut.” Demikian juga Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah mengunjungi wilayah ini sebelum di utus menjadi nabi dan setelahnya ketika peristiwa Isra’ Mi’raj dan Perang Tabuk. Keterangan ini disebutkan juga oleh Ibnu Asakir dan Ibrahim Al-‘Azizi dalam kitabnya Syarah Al-Jami’ As-Shaghir. (lihat; ‘Aunul Ma’bud, 11/407)

Kemudian dalam Kitab Tahzib Sunan, Imam Al-Mundzir juga menguatkan riwayat ini dengan menyertakan pernyataan Imam Yahya bin Ma’in. Ia berkata, “Yahya bin Main telah meriwayatkan banyak hadis tentang perang besar melawan romawi (malahim ruum), ia bercerita, ‘tidak ada satu pun hadits tentang keutamaan negeri Syam yang lebih shahih dari hadits yang diriwayatkan oleh Shidqah bin Khalid bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Benteng kaum muslimin pada hari perang Malhamah adalah di Damaskus’,” (Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyqa, 1/231 dan Syamsul Haq Azim Abadi, ‘Aunul Ma’bud, 11/407)

Thaifah Manshurah Ada di Ghouta?

Dalam berbagai hadits shahih telah dijelaskan bahwa akan senantiasa ada sekelompok umat Islam yang berpegang teguh di atas kebenaran. Mereka berpegang teguh dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah, memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Kelompok ini disebut oleh Nabi sebagai Thaifah manshurah, yaitu sekelompok manusia pilihan yang mendapat jaminan dari Allah berupa pertolongan dan kemenangan.

Kelompok ini diawali dari Rasulullah sallallahu a’laihi wasallam beserta segenap sahabat, berlanjut dengan generasi-generasi Islam selanjutnya, sampai pada generasi Islam yang menyertai perjuangan Imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihissalamdalam memerangi Dajjal dan memerintah dunia berdasar syariat Islam.

Dalam sebuah riwayat tentang kelompok ini, Rasulullah sallallahu a’laihi wasallambersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.” (HR. Abu Daud)

Lalu dalam riwayat lain Nabi menyebutkan:

 لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق، لا يضرهم من خالفهم ولا من خذلهم حتى تقوم الساعة .قال معاذ: هم أهل الشام

Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan di atas kebenaran. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat.” Mu’adz berkata, “Mereka adalah penduduk Syam.“ (HR. Bukhari)

Penafsiran sahabat Mu’adz bin Jabbal di atas dipegang oleh sebagian besar para ulama salaf. Di antaranya Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Qudamah dan Ibnu Rajab. (lihat: Majmu’ Rasail Ibnu Rajab, 3/204)

Imam At-Tiibi berkata, “Mereka adalah penduduk Syam dan negara-negara yang ada di belakangnya. dan ini termasuk dari mukjizat yang nampak, sifat yang disebutkan dalam hadits senantiasa ada—segala puji bagi Allah Ta’ala—sejak zaman Nabi sallallahu a’laihi wasallam sampai sekarang ini. dan mereka tetap akan eksis hingga datangnya hari kiamat,” (Syarhul Misykat, 8/2632)

Menarik, Dalam riwayat lain, secara spesifik, Nabi sallallahu a’laihi wasallammengabarkan bahwa Ghouta, salah satu kota terbaik yang berada di Damaskus (kota yang berada di wilayah Syam) sebagai sumber kekuatan kaum muslimin nanti ketika terjadi perang malhamah kubro di akhir zaman.

Rasulullah sallallahu a’laihi wasallam bersabda, “Syam akan terbuka untuk kamu. Jika kamu diberi pilihan tempat tinggal, maka pilihlah tempat tinggal di kota yang bernama Damaskus. Ia adalah benteng Muslimin dari pertempuran dan kekuatan mereka bersumber dari sana di tempat yang bernama Ghouta.” (HR. Ahmad no. 17470)

Kemudian dalam riwayat lain, sahabat Auf bin Malik al-Asyja’i mengisahkan bahwa Rasulullah sallallahu a’laihi wasallam bersabda, “Akan terjadi gencatan senjata’ (perdamaian) antara kalian dengan Bani Ashfar (bangsa pirang), lalu mereka mendukung kalian di bawah 80 panji (raayah). Pada setiap panji terdiri dari 12.000 prajurit. Benteng umat Islam saat itu adalah di wilayah yang disebut Ghouta; daerah sekitar kota Damaskus.” (Shahih, HR. Imam Ahmad, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Arna’ut)

Jika kota Ghouta yang hari ini sedang dibombardir oleh pasukan rezim Bashar Assad disebut oleh Nabi sebagai benteng kaum muslimin di akhir zaman, mungkinkah di tempat ini akan eksis sekelompok umat pilihan yang dijanjikan kemenangan oleh Allah ?

Wa’allahu a’lam!  Yang pasti kota Ghouta merupakan salah satu kota yang pernah terucapkan oleh Nabi sallallahu a’laihi wasallam ketika menyebutkan keutamaan negeri Syam. Sama seperti keutamaan kota Makkah, Madinah dan Palestina yang sering disebutkan dalam al-Quran dan Hadis. Karena itu, tempat yang bernama Ghouta menjadi salah satu wilayah yang memiliki ikatan erat dengan aqidah umat Islam. Sehingga mempertahankan kota Ghouta menjadi tanggung jawab seluruh umat Islam. Wallahu a’lamu bissowab. Sumber : Kiblat

Komentar