BMKG Sebut Aktivitas Sesar Matano Perlu Diwaspadai

PALU – BMKG Stasiun Geofisika Balaroa Palu meminta semua pihak mewaspadai aktivitas Sesar Matano Sulawesi Tengah.

“Warga mesti menguatkan mitigasi bencana terkait kemungkinan gempa besar yang bisa dibangkitkan sesar aktif Matano di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah,” ungkap Kepala Seksi Data dan Informasi, BMKG Stasiun Geofisika Balaroa, Palu, Sulteng, Henrik Leopaty, dikutip dari Kompas.id, Jumat, 29 November 2019.

BMKG Stasiun Geofisika Balaroa mencatat, seminggu terakhir Sesar Matano memicu tiga gempa di Morowali. Gempa pertama terjadi pada Sabtu, 23 November 2019, dengan kekuatan M 4,9 berlokasi di darat 11 kilometer arah barat daya Bungku, ibu kota Morowali, di kedalaman 10 kilometer.

Berikutnya, gempa kedua berkekuatan M 3,8 terjadi pada Minggu, 24 November 2019, 14 kilometer arah barat Bungku dengan kedalaman 11 kilometer. Terakhir, gempa M 3,9 melanda Kecamatan Bahodopi, Morowali, dengan kedalaman 10 kilometer. Ketiga gempa itu dipicu aktivitas Sesar Matano.

Ia mengatakan, Sesar Matano sudah lama tak memicu gempa besar. Namun, sesar itu tercatat pernah memicu gempa bermagnitudo 7.

“Gempa terakhir yang besar berdasarkan informasi yang kami peroleh dengan kekuatan sekitar M 7 terjadi pada 1900-an. Artinya, lama sekali sesar ini ’tidur’. Ini yang harus diwaspadai,” jelasnya.

Ia menerangkan, riwayat gempa besar itu tak tercatat dengan baik mungkin karena saat itu wilayahnya belum dihuni atau belum padat permukiman. Korban meninggal pun tak terdata.

Situasinya saat ini berbeda karena wilayah-wilayah sekitar sesar itu sudah dihuni, seperti di Kecamatan Bahodopi, Morowali, dan sekitar Danau Matano di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bahkan, ada pusat industri pengolahan tambang di sana.

Setelah gempa besar, tercatat hanya sekali gempa cukup kuat terjadi, yakni M 6,1 pada 2011 di Kabupaten Luwu Timur. Kemudian, tercatat gempa M 5,6 pada 24 Mei 2017 di Morowali dengan kedalaman sumber 12 kilometer (km). Pada 3 Maret 2019, tercatat gempa M 5,1 dengan kedalaman 10 km di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur.

“Terkait aktivitas kegempaan, hal itu normal karena karakter sesar tersebut aktif. Warga diminta tetap mencari informasi resmi dari BMKG. ”Kapan gempa besar, belum ada teknologi yang dapat menjawab itu. Kami selalu memberikan informasi yang bisa membantu. Langkah praktis lain yang bisa diambil adalah perkuat struktur bangunan untuk bisa aman gempa,” tutupnya. [GemaSulawesi]

Komentar