Bencana Ekologis di Sigi Butuh Pendekatan Luar Biasa

PALU – Yayasan Ekologi Nusantara Lestari (EKONESIA) menilai bahwa bencana ekologis seperti banjir bandang yang terus mendera wilayah Sigi beberapa pekan terakhir memerlukan pendekatan luar biasa (extra ordinary).

Hal itu disampaikan oleh Direktur EKONESIA yang juga anggota Dewan Nasional WALHI, Azmi Sirajuddin.

Seperti diberitakan oleh berbagai media, sejak hujan deras terus mengguyur wilayah Sigi dalam sebulan terakhir, mengakibatkan beberapa titik di Kabupaten Sigi tergerus tanah longsor dan banjir bandang. Desa Simoro, Walatana, Banggai dan Poi menjadi wilayah yang cukup parah diterjang banjir bandang.

Bahkan yang baru saja terjadi seperti banjir bandang yang menerjang RS Torabelo, Kabupaten Sigi.

Tingginya intensitas hujan dalam satu bulan terakhir di Kabupaten Sigi, diperparah dengan kondisi pasca bencana alam tahun 2018, serta riwayat kebencanaan yang tinggi di Kabupaten Sigi, menyebabkan wilayah ini paling rentan terkena dampak bencana.

“Diperlukan pendekatan yang sangat luar biasa menghadapi situasi yang sangat luar biasa di Kabupaten Sigi. Pendekatannya tidak boleh biasa-biasa saja”, ujar Azmi.

EKONESIA menyarankan, agar Kabupaten Sigi ini dijadikan wilayah dengan status multi bencana oleh pemerintah pusat dan provinsi. Dengan mempertimbangkan riwayat kebencanaan selama ini yang sering terjadi di wilayah tersebut. Pendekatan yang bersifat proyek dan karitatif seperti pengerukan dan normalisasi sungai dipandang tidak cukup untuk mengatasi dampak bencana ekologis jangka panjang di wilayah ini.

Oleh sebab itu, EKONESIA mendorong agar kebijakan pembangunan termasuk kebijakan penganggaran di Kabupaten Sigi mesti mencurahkan banyak energi ke arah pemulihan ekologis (ecological restoration) di wilayah ini.

“Pemulihan ekologis berjangka panjang sudah harus jadi target prioritas di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Sigi kelak”, tambah Azmi.

Tentu saja, EKONESIA mengajak berbagai pihak untuk ikut membantu meringankan beban masyarakat terdampak bencana ekologis di Kabupaten Sigi. Apalagi, dengan kondisi kerentanan masyarakat saat ini yang masih berjuang untuk bangkit secara sosial ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.

Sekali lagi, pihak EKONESIA menyatakan bahwa wilayah PADAGIMO khususnya Kabupaten Sigi benar-benar mengalami multi beban (multi impact) akibat dampak bencana alam tahun 2018, kemudian pandemi Covid-19, dan kini bencana ekologis. Masyarakat di wilayah ini benar-bemar menjadi penyintas bencana yang berkepanjangan, sehingga memerlukan perhatian serta dukungan berbagai pihak.

Reporter: Yahya Prianto

Komentar